Lihat ke Halaman Asli

Kita Bukan Masyarakat Pemalas…

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah bukan jadi pemandangan aneh kalau di jalan raya para pejalan kaki harus mengalah berbagi trotoar dengan pedagang kaki lima dan pengendara motor.

Sudah menjadi hal yang lumrah juga ketika pengendara mobil harus mengalah memberi jalan pada motor yang sepertinya enggan berhenti walau hanya untuk memberi jalan sebuah mobil yang akan berbelok.

Saya pernah dengar, masyarakat kita dibilang masyarakat pemalas kelas wahid. Kata siapa…?? Buktinya tuh lihat di jalanan, semua sibuk mengejar waktu, khususnya para pengendara motor. Saking takut kesiangan sampai di kantor sampai lupa pada rambu lalu lintas. Saking dikejar setoran sampai lupa menginjak atau menarik rem untuk sekedar memberi jalan pada sesama pengendara motor atau mobil yang lain. Saking sibuknya sampai-sampai membuka SMS pun atau menerima telepon harus dilakukan saat itu juga, mungkin saking pentingnya sampai-sampai keselamatan diri pun di nomor duakan.

Beberapa kali saya perhatikan para pengendara motor ini memiliki nyali yang sangat super besar. Buktinya.. ketika menyalip sebuah mobil atau bis bahkan kontainer yang secara nyata ukurannya beberapa kali lipat lebih besar dari dia, dengan gagah berani dia tidak perlu lihat kanan kiri dan langsung main salip. Dengan sangat percaya dirinya dia mengendarai motornya tepat di depan kendaraan yang disalip dengan kecepatan nanggung. Ketika diberi klakson, dengan santai dia malah menoleh ke belakang, bukannya segera ke pinggir atau menambah kecepatan. Mungkin dia pikir si pengemudi mobil yang disalip ini mau “say hai..” sama dia.. hahaha.

Bukti lain yang mengatakan para motoris ini bernyali besar adalah saat hujan besar. Kalau dulu.. setiap hujan turun lumayan deras, para motoris ini akan berhenti ke pinggir dan berteduh di tempat yang kira-kira aman untuk mereka berteduh. Tapi sekarang.. memang mereka berhenti juga ke pinggir jalan, tapi tak lama, hanya untuk pasang jas hujan lalu mereka beraksi lagi hujan-hujanan dengan gembira. Mungkin masa kecil mereka kurang ceria sehingga ingin menikmati bagaimana rasanya kulit seperti tertusuk-tusuk jarum karena terkena butiran air hujan yang cukup deras.

Jadi.. dengan banyaknya jumlah motoris dibanding pengendara roda empat yang bertingkah seperti dikejar waktu, maka siapa bilang masyarakat kita pemalas…. hehehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline