Lihat ke Halaman Asli

Abdul Muholik

Honorer Swasta

Berobat ke Dokter atau ke Bidan?

Diperbarui: 31 Juli 2024   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berobat ke Dokter atau ke Bidan?

Suatu pagi Fahri minta izin ke atasannya untuk berobat ke klinik, karena Fahri merasa tidak enak badan. Kemudian Fahri disuruh menemui ADM untuk mendaftar via Online.

Sesampai di ruang ADM si mbak ADM bertanya setengah meledek.

"Mau berobat ya Mas?" tanya mbak ADM, tanpa menoreh ke arah Fahri.  Mata si Mba ADM tertuju pada layar monitor yang menampilkan halaman pendaftaran Online. Tangan kanannya sibuk memainkan Mouse. Sedangkan tangan kirinya memegang kertas formulir pendaftaran berobat ke klinik yang berwarna cokelat.

"Iya Mbak!" jawab Fahri sambil agak menganggukkan kepala ke bawah. Dan ia menyerahkan kartu ID Card Karyawan yang digantungkan ke lehernya. Di ID Card itu berisi data Nama, NIK dan Foto.

"Berobat ke dokter apa bidan mas?" tanya si Mbak itu. Sambil bibirnya agak senyum meledek. Dan ia mulai meraih ID Card Fajri lalu meletakkannya di dekat keyboard komputer.

"Ya ke Dokter lah, masa ke bidan. Saya kan cowok mbak. Emangnya saya lagi hamil apa?" ujar Fahri sambil nyengir sedikit.

Si mbak Adm itu hanya tersenyum geli sambil memasukkan data nama dan NIK Fahri ke komputer, kemudian ia menulis sesuatu di atas kertas berwarna cokelat tadi, yaitu Kertas pendaftaran berobat ke klinik, untuk mendapatkan nomor antrian. Kemudian ia memberikannya kepada Fahri.

"Nih mas kartu nya. Si Mas dapat nomor antrian ke dua" ujarnya sambil tersenyum melihat Fahri.
"Makasih ya mbak!"
"Ya sama-sama!"


Kemudian Fahri melipat kertas tersebut lalu memasukkannya ke dalam saku baju yang berada di dada sebelah kiri. Fahri tidak sempat membaca tulisan si mbak tadi. Fahri tidak merasa curiga tentang data yang ditulis oleh ADM tersebut. Soalnya yang Fahri pikirkan ingin segera ke klinik.

Fahri bergegas ke klinik. "lebih baik aku menunggu daripada ketinggalan" gumam Fahri sambil terus melangkah menuju klinik yang berada di lingkungan perusahaan tempat ia bekerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline