Lihat ke Halaman Asli

UKM Sepakbola Futsal UGM

Kajian Strategis UKM Sepakbola dan Futsal Universitas Gadjah Mada

Harus Bagaimana Pekerja Sepak Bola Futsal Mencari Penghasilan pada Masa Krisis Covid-19?

Diperbarui: 2 April 2020   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Wabah virus Covid-19 telah mengganggu aktivitas sehari-hari di seluruh dunia dan diumumkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Semua aktivitas di dunia terganggu, dan pastinya sepak bola sama-sama terpengaruh. Aktivitas sepak bola ditangguhkan di hampir setiap negara atau wilayah di seluruh dunia. Setiap liga kompetisi dunia, asosiasi liga sepak bola global terkemuka, telah menangguhkan permainan.

Dapat terlihat kasus Covid 19 akhir-akhir ini meluas ke berbagai daerah pelosok nusantara dan menandai ditundanya semua liga sepak bola di Indonesia. 

Dilansir dari Liputan 6, Shopee Liga 1 2020 resmi dihentikan mulai Senin (16/3/2020) setelah semua klub memainkan laga pekan ketiga. Adapun Liga 2 2020 langsung dihentikan setelah menggelar partai pembuka antara Persiba Balikpapan melawan Kalteng Putra pada Sabtu (14/3/2020).

Seminggu belakangan mulai terasa bahwa insan pekerja sepak bola bahwa mereka tidak melakukan apa-apa dan mulai khawatir dengan gaji atau pendapatannya. 

Pekerja sepak bola berisi aktor Utama yang bekerja yaitu kub, pemain, pelatih dan perangkat pertandingan. Keempat aktor ini mulai was-was mengenai pendapatanya khususnya klub yang menjadi payung dari pelatih dan pemain. 

Penghasilan tetap mereka hadir dari kompetisi yang bergulir selama setahun dan kini secara tidak terprediksi harus berhenti di awal jalan, pada umumnya pemain pelatih serta perangkat pertandingan hanya mempunyai satu keahlian yaitu sepak bola/futsal dan akan susah bekerja di luar profesi yang biasa mereka jalani.

Dengan berhentinya aktivitas sepak bola, maka sekaligus tanda tidak adanya pemasukan klub yang akan merembet ke arah gaji, maka dengan itu pada 27 Maret 2020 lalu PSSI sebagai federasi memutuskan klub hanya membayar kewajiban 25 persen gaji Maret hingga Juni selama periode force majeur lewat mekanisme pengambilan keputusan yang dilakukan PSSI dalam surat bernomor 48/SKEP/III/2020.

Dari situ menimbulkan protes dari para pemain karena 25% tidak layak untuk kehidupan pemain untuk menghidupi keluarga. Dari beberapa berita dan wawancara yang penulis dapat, pemain meminta gaji bulan Maret tetap dibayar penuh karena masih ada permainan yang mereka mainkan pada awal Maret dan mereka menuntut bukan 25% yang harus dibayarkan melainkan di ambang 35-50% untuk tetap dibayar gajinya. Sedangkat perangkat pertandingan seperti wasit yang hidupnya tidak bergantung kontrak kehilangan pekerjaan dan pendapatannya untuk saat ini.

Dengan kekosongan kegiatan yang menandai kenihilan pendapatan maka penulis menyarankan untuk klub, pemain, pelatih dan wasit untuk mengisi aktivitas atau mencari penghasilan sebagai berikut:

1. Klub
Di kala kekosongan, pendapatan klub tetap wajib membayar segala pekerja di dalamnya seperti manajer sampai kitman. Dengan itu penulis menyarankan klub aktif dalam penjualan merchandise klub melalui online untuk memenuhi kebutuhannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline