Sebuah tradisi merupakan kebiasaan atau perilaku yang dilestarikan secara turun-temurun antargenerasi oleh sekelompok masyarakat. Tradisi tentu menjadi salah satu ciri khas dari suatu kelompok masyarakat yang membedakannya dengan kelompok yang lain. Bentuk kepercayaan, nilai-nilai dan pandangan hidup dari suatu kaum tercermin pada tradisi itu sendiri.
Indonesia terdiri dari beragam suku dan ras, menjadikannya sebuah negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat. Di wilayah Sumatera Selatan, terdapat sebuah upacara yang dilakukan untuk menyambut Tahun Baru Islam. Tradisi Tabot atau Tabuik di Bengkulu merupakan upacara untuk memperingati wafatnya cucu Rasulullah, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Upacara ini diperingati pada tanggal 10 Muharram dalam kalender Islam setiap tahunnya.
Tabot berasal dari bahasa Arab, "tabut" yang artinya peti atau kotak kayu. Pertama diperkenalkan kepada masyarakat Bengkulu oleh orang-orang India yang menjadi tentara Inggris pada tahun 1685. Syeikh Burhannudin atau yang dikenal sebagai Imam Senggolo menjadi pelopor pelaksanaan upacara Tabot di Bengkulu.
Tradisi Tabot di Bengkulu adalah warisan budaya yang kaya akan makna dan sakral. Namun, terdapat beberapa aspek yang terdampak oleh kemajuan Iptek yang terlihat pada tradisi Tabot tempo dulu dan sekarang.
Pergeseran Makna Tradisi dari Unsur Kesakralan
Tradisi Tabot merupakan perayaan unik yang melibatkan pembuatan replika perahu Nabi Muhammad dari bahan seperti kayu dan kertas. Dahulu, tradisi ini lebih bersifat keagamaan, dengan ritual yang kental mengikuti ajaran Islam. Namun, seiring berjalannya waktu dan pengaruh globalisasi, tradisi ini telah mengalami evolusi yang signifikan.
Salah satu perbedaan mencolok adalah dalam konteks makna dan tujuan perayaan. Di masa lampau, Tabot dianggap sebagai sarana untuk memperingati peristiwa penting dalam sejarah Islam, serta sebagai bentuk penghormatan kepada Husein bin Ali. Namun, di era modern, tradisi ini sering kali lebih dilihat sebagai atraksi wisata atau sekadar hiburan, dengan penekanan yang lebih besar pada aspek kesenian dan pertunjukan. Dipandang dari sisi pariwisata, keunikan bentuk dan upacara Tabot yang bersifat ritual tersebut dapat menjadikan atraksi tersendiri bagi wisatawan untuk dapat dinikmati. Seiring berkembangnya zaman, upacara Tabot ini akhirnya berkembang dalam bentuk atraksi budaya dan hiburan rakyat di Bengkulu.
Kelunturan Ciri Khas oleh Modernisasi
Perubahan lainnya terlihat dalam proses pembuatan dan desain Tabot itu sendiri. Dahulu, pembuatan Tabot dilakukan secara tradisional oleh masyarakat setempat dengan menggunakan bahan-bahan alami dan teknik yang telah diturunkan secara turun-temurun. Namun, saat ini, pembuatan Tabot sering kali melibatkan teknologi modern dan bahan-bahan sintetis, mengubah karakteristik dan estetika dari Tabot yang asli. Pengaplikasian Iptek pada proses pembuatan Tabot terbilang cenderung menuju kearah positif, tetapi akan lebih tepat jika ciri khas Tabot itu sendiri tidak dikurangi esensinya oleh kemajuan Iptek yang dapat bermanfaat bagi kelestarian budaya itu sendiri.
Upacara Tabot yang sudah menjadi tradisi masyarakat lokal Bengkulu memang telah mengalami transformasi yang signifikan dari masa lampau hingga saat ini, dengan pergeseran dalam makna, tujuan, dan proses pembuatannya yang dipengaruhi oleh dampak modernisasi dan perkembangan Iptek. Meskipun demikian, tradisi Tabot tetap memegang peran penting dalam identitas budaya Bengkulu. Keberadaannya tetap merupakan bagian penting dari warisan budaya Bengkulu yang perlu dijaga, diselamatkan, dan dipertahankan untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H