Kembali warga disibukkan dengan kesibukan penggunaan gawai anak anak mereka yang mulai Rusak. persoalan Kelasik soal Gawai ditengah Pandemi , yang diwajibkan seluruh siswa menggunakannya. Tetangga depan Rumah repot karena cucunya selalu Hilang kalaiu dipegangi gawai , alasannya selain nggak Kuat Beli kuota , si Inu ini Bukan nama sebanarnya , anak seukuran itu dipegangi gawai , dan nggak punya Kuota , akan bagaimana lagi , susah , Tugas tugas sekolah yang harus dikerjakan dengan Gawai hampir tak pernak dikerjakan Oleh si Inu , padahal Ujian akhir sekolah sudah didepan mata . teman teman sekelasnya ada yang menjemputnya di Rumah, bahkan mencarinya entah kemana si Inu ini . intinya si Inu ini malas dengan sekolah dengan sistem gawai .
si inu ini ingin Kembali ke sekolah dengan Kondisi Normal, di ajar dengan cara murah dan sederhana dapat bermain bakiak dengan teman temannya , dapat semprotan dikelas sewaktu tidur ngleker, dan Kasish sayang belaian Bu Nur , gurunya yang sangat sayang . Bahakan melebihi kasih sayang seorang Ibu , BU nur menyambangi Inu di setiap kegiatannya di sekitaran balai Desa yang ada sinyal waifi disana . Maklum Inu si anak haram tanpa perhatian dan kasih sayang bapaknya yang lenyap ditelan sejarah kelam , kasih pintu belakang yang tidak disetujui mak surisih tetangga dekat rumah , akhirnya menghamili ibu anak ini yang akhirnya lahirlah Inu si anak tanpa bapak ini . bayangan Gelap ditengah malam telah membuai seorang gadis untuk melahirkan seorang anak yang sangat kurang kasish sayang dan perhatian , entah salah siapa salah bunda mengandung atau salah bapaknya lupa sarung , nggak ada yang tahu , sepenggal latar belakang si inu yang protes dengan keadaannya yang selalu jadi Objek Bully ibu , keluarga dan Neneknya yang sangat kejam , selalu meracau , mencercai Inu mulai dari bangun tidur , sampai malam lagi , Hal yang menyakitkan hidup dengan nenek sihir yang mengatur anak dengan tangan besi dan kebencian mendalam. Banyak sekali anak anak kita yangt mengalami kehilangan identitas seperti Inu , sebab Neneknya dan Ibunya tak sanggup menjadi jembatan penghubung kebutuhan Khusus inu inu kita.
Sepenggal cerita Penulis Hanyalah gambaran keprihatinan pendidikan kita yang tergantung Gawai, produk China ini menjadi bahan pertimbangan, seolah kita di jatuhkan martabat kita oleh teknologi yang tidak sepenuhnya ada manfaatnya bagi generasi kita dahulu, entoh dulu kita-kita anggaklat dulu yang enggak kenal gawai ya aman - aman saja dan tidak di kejar dengan kebutuhan gawai dan kuota . sekolah kita yang katanya medapat Kuota , Pulsa gratis entoh nyatanya tidak dapat digunakan, dan nilainya terlalu kecil, tidak sebanding dengan kebutuhan sebenarnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI