Latar Belakang
Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang digandrungi oleh wisatawan domestik maupun internasional. Sebagai kota seni dan budaya yang memiliki tradisi mengakar kuat didalam masyarakatnya, Kota Yogyakarta memiliki beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi. Beberapa diantaranya terbentuk secara historis dan memiliki aspek sejarah yang cukup kuat.
Mengenai tempat wisata di Jogja tidak lengkap rasanya jika tidak menyinggung area Nol Kilometer Yogyakarta. Posisi dari objek ini terletak disebelah selatan Jalan Malioboro dan sebelah utara Keraton Yogyakarta. Tempat ini ramai dikunjungi karena memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Selain posisinya yang strategis, yaitu tepat berada di tengah-tengah pusat Kota Yogyakarta,
Nol Kilometer juga memiliki bangunan-bangunan kuno bersejarah yang membuat wisatawan lebih tergugah untuk mendatangi tempat ini walaupun untuk sekedar berfoto-foto mengabadikan keindahan pemandangan yang tersaji disini. Maka tak diragukan lagi tempat ini selalu ramai dengan aktifitasnya yang beragam, dan bisa disebut sebagai jantung Kota Yogyakarta.
Berdasarkan keterangan diatas, hal ini membuat objek Nol Kilometer menarik untuk diamati dan dianalisis. Segala aspek yang terkandung di dalamnya merupakan hasil karya desain yang memiliki fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, Nol Kilometer Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari sudut pandang sosiologi desain.
Teori yang Digunakan
- Gaya hidup adalah cara bagaimana orang hidup, menghabiskan uangnya, dan mengalokasikan waktunya. Teori ini digunakan karena daerah Nol Kilometer merupakan bagian dari gaya hidup di kota Jogja karena para wisatawan yang berkunjung ke kota Jogja pasti sempat mengalokasikan sebagian waktu liburannya atau bahkan menghabiskan sebagian uangnya di daerah Nol Kilometer karena tempat ini merupakan tempat yang khas untuk merasakan suasana kota Jogja.
- Mitos merupakan suatu cerita yang berasal dari manusia yang menceritakan mengenai masa lampau. Cerita pada mitos menjelaskan tentang ceita tradisional budaya, alam dan seisinya. Mitos diceritakan turun temurun sebagai pembentuk sifat tertentu atau pembelajaran pada masyarakat atau komunitas dan benar-bnear dipercaya oleh mereka yang menganutnya. Mitos yang terdapat pada daerah Nol Kilometer ini adalah mitos garis imajiner. Mitos garis imajiner ini sudaha ada semenjak keraton Jogjakarta dibentuk yang cerita serta filosofi mitos ini dipercaya dan dipahami oleh masyarakat hingga sekarang.
Manfaat untuk Desain Komunikasi Visual
Penelitian Sosiologi mengenai daerah Nol Kilometer ini membuat kita lebih mengenal dan mengetahui bagaimana kondisi lingkungannya. Selain itu kita dapat mengetahui juga bagaimana dampak serta peran daerah Nol Kilometer ini dalam kehidupan masyarakat Kota Yogyakarta. Hal ini dapat digunakan sebagai landasan untuk mendesain dan mengoreksi desain sudah ada agar lebih sesuai dengan kondisi lingkungan serta masyarakat yang berkunjung ke tempat tersebut.
Pembahasan
Nol Kilometer bukan hanya sekedar pusat keramaian di Yogyakarta. Terdapat sejarah yang terselip di dalamnya. Nol Kilometer sebagai denyut nadi Kota Yogyakarta mempunyai mitos garis sumbu imajiner yang menghubungkan antara pantai Laut Selatan, Keraton hingga Gunung Merapi. Selain garis imajiner, Yogyakarta juga memiliki sumbu filosofis yakni Tugu, Keraton, dan Panggung Krapyak, yang dihubungankan secara nyata berupa jalan. Panggung Krapyak ke utara menuju ke Kraton melambangkan perjalanan manusia dari bayi lahir hingga dewasa, sedangkan dari Tugu ke Kraton melambangkan perjalanan manusia kembali ke sang Pencipta.
Sumbu fillosofis itu mempunyai makna hubungan antara manusia dan Tuhannya, manusia dengan sesama serta manusia dengan alam. Jauh hari sebelum pemerintahan kota ini terbentuk, Sri Sultan Hamengku Buwono I telah memikirkan konsep penataan kota yang unik, yang secara istimewa di desain sangat strategis sebagai kota pemerintahan.