Lihat ke Halaman Asli

Anjing Bali : Mitos dan Sejarah yang Sangat Tua

Diperbarui: 23 Agustus 2016   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14230343311433506761

Jadi, Anda masih menganggap tidak apa-apakah anjing-anjing liar dipukulin sampai mati, diracun, ditenggelamkan, yang kesemuanya mati dengan cara dipaksa alias dibunuh?

Anda menganggap tidak apa-apa karena anjing-anjing itu tidak ada yang punya, berpenyakit, dan tidak bisa ngomong?

Anda lupa, kalau manusia itu TIDAK ditaksirkan untuk hidup sendirian di Bumi ini. Kita masih membutuhkan makhluk lainnya, sampai mata rantai terkecil. Padahal, kecoa saja ada gunanya!

Kalau para pecinta binatang mungkin nggak akan peduli bobot, bibit, bebetnya hewan yang akan dia tolong dan sayangi. Tapi peribahasa tak kenal maka tak sayang itu masih berlaku, apalagi untuk orang yang punya budaya jauh dengan menyayangi binatang. Nah, saya akan mulai dengan sejarah anjing Bali.

Anjing Bali itu ditengarai sebagai anjing tertua di Bumi dengan gen yang unik dan berharga. Anjing Bali bukanlah anjing tanpa asal-usul, melainkan ditengarai sebagai proto-canine, anjing murni, yang berevolusi dari hewan-serupa-serigala (yang juga disamakan dengan Dingo Australia-padahal umur anjing Bali ini lebih tua dari Dingo) untuk bisa hidup berdampingan dengan manusia. Mereka tidak lagi berburu, melainkan makan dari sisa-sisa perburuan dan makanan manusia.

Sebetulnya di Bali juga ada jenis anjing Kintamani, tapi anjing Kintamani sepertinya derajadnya sudah terangkat sejak diakuinya ras Kintamani oleh dunia ini pada tahun 2006. Saya akan lebih membahas pada anjing Bali yang oleh banyak pihak disebut sebagai anjing liar. Hiks, padahal anjing Kintamani juga asalnya dari blasteran anjing Bali dan Chow-chow.

Dari manakah mereka datang? Dr. Lawrence Blair, antropolog asal Inggris yang telah lebih dari seperempat abad menghabiskan usianya di Indonesia melihat Bali dipenuhi dengan ribuan anjing saat dia menginjakkan kaki di Bali tahun 1965. Dan menurut beliau, anjing Bali ini istimewa karena sangat mudah melacak asal-usulnya karena dia sangat murni, beda dengan anjing ras yang sudah melalui banyak perkawinan silang.

[caption id="attachment_367149" align="alignnone" width="450" caption="Anjing Bali - dok. LM Waldemeler"][/caption]

Saya ada sanggahan terhadap pendapat  Pak Gubernur yang mengatakan kalau anjing Bali (anjing liar) harus di musnahkan karena populasinya sudah banyak dan membawa rabies. Pertama, soal rabies. Eliminasi jelas bukanlah jawaban yang 1005 benar karena untuk mengeliminasi anjing pembawa rabiespun harus dengan perhitungan, bukan gebyah uyan menyamaratakan. itu sih niat main gampangnya saja. Setidaknya kan memang harus jelas tersangkanya siapa, anjing yang mana, menunjukkan gejala rebies atau tidak. Dan eliminasi anjing pembawa rabies juga ada prosedurnya loh, yaitu dikasih pakan dengan obat bius dulu dan setelah tidur baru di suntik mati dan dibakar. Bukan dipukulin, diracunin, dan ditenggelamkan begitu saja yang - lagi-lagi - seperti proses menggampangkan masalah.

Karena proses eliminasi tanpa seleksi dan cara-cara eliminasi yang tidak sesuai pedoman inilah kami, para penyayang hewan, teriak kalau ini adalah pembunuhan yang sangat kejam! Buktinya, tidak sedikit yang bersuara di forum-forum misalnya di Change.org, Facebook, Kaskus, dan Kompasiana.

Ada beberapa fakta menarik yang saya ingin bagi disini. Anjing Bali tidak 100% liar, mereka menggantungkan pasokan makanan dari sisa-sisa manusia dan pemberian manusia. Anjing Bali tidak agrresif. Pakar anjing Ceasar Milan bilang nggak ada hubungannya dengan jenis anjing, melainkan kondisi psikologis anjing tersebut. Anjing Bali nggak jinak? Kate sape? Anjing Bali yang tersosialisasi di suatu tempat malah jadi penjaga yang baik di kawasan tesebut. Anjing kosan saya dulu begitu, juga anjing yang keliaran di supermartket di dekat tempat kerja. Dan semua orang sayang sama mereka. Anjing yang ada di jalanan itu semuanya liar. Nggak juga. Bahkan mungkin beberapa diantara mereka adalah anjing buangan atau anjing hilang. Jumlah anjing di Bali terlalu banyak? Kalau Anda pernah datang ke Bali pada masa-masa tahun 90-an, Anda akan merasa kalau jumlah anjing yang sekarang dibanding populasi manusianya bukanlah perbandingan yang sampe perlu bilang 'astaga' sambil kayang.

Kalau Pak Gubernur bilang 'saya kan nggak bilang bunuh, hanya untuk 'mendidik' saja' itu berarti menyangkal. Dan penyangkalan adalah ciri-ciri orang yang telah melakukan kesalahan.

Sudah? Ada pertanyaan?

Sudah baca sepanjang ini, saya yakin pertanyaan yang mengganjal di benak pembaca adalah: apa bener kecoa itu bermangpaat? Bener kok! Kecoa itu kadar proteinnya tinggi. Maka dari itu kecoa bisa disantap. Kecoa juga punya andil dalam perkembangan ilmu kesehatan dalam pengembangan antibiotik jenis baru  Para ilmuwan di India sekarang ini sedang mengembangkan teknologi jantung buatan dengan menggunakan jantung kecoa sebagai model, 13 bilik pemompa darah dalam jantung kecoa diharapkan bisa memberi upgrade pada teknologi jantung buatan. Nah, masih nggak percaya?

[caption id="attachment_367148" align="alignnone" width="600" caption="Anjing Bali yang dipelihara - dok. H. Holt"]

14230340741560125269

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline