Lihat ke Halaman Asli

Seno Setyawan

Mahasiswa

Kenapa Harus Bahasa Asing Dibanding Bahasa Indonesia?

Diperbarui: 13 Desember 2022   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tugas Bahasa Indonesia

Seno Setyawan (2202112013)

Prodi Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

 

Salah satu identitas bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan dan dilestarikan ialah bahasa Indonesia. Sebab, bahasa Indonesia merupakan lambang identitas nasional. Bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dalam kedudukannya sebagai bahasa negara. Salah satu peran tersebut ialah sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Namun, di era globalisasi saat ini, eksistensi bahasa Indonesia dinilai perlu mendapat perhatian.

Marsudi dan Zahrok (2015) menyatakan bahwa kita kerap menyaksikan penggunaan kata maupun istilah bahasa Indonesia digunakan secara bersamaan, berkombinasi, campur aduk dengan bahasa asing. Penggunaan kata itu terjadi bahkan dalam ranah pendidikan. Bukankah ada banyak istilah dalam bahasa Inggris yang lebih sering digunakan alih-alih istilah dalam bahasa Indonesianya? Padahal, kata-kata asing tersebut telah memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang cocok dan bermakna sama.

Dalam kaitannya dengan ranah pendidikan, Saputra (2016: 243) mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia menjadi asing bagi penuturnya sendiri. Hal tersebut didasarkan pada kecenderungan pelajar yang lebih kompeten menggunakan bahasa asing dibanding bahasa Indonesia. Sikap berbahasa seperti ini tergambar dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika seseorang lebih mahir menyebut kata website dibanding situs web.

Istilah-istilah bahasa asing lain yang kerap menggantikan istilah-istilah bahasa Indonesia dalam komunikasi verbal maupun visual di antaranya kata download yang menggantikan kata mengunduh, kata link yang menggantikan kata pranala, kata slide yang menggantikan kata salindia, kata deadline yang menggantikan kata tenggat, kata briefing yang menggantikan kata santiaji, maupun kata study tour yang menggantikan kata widyawisata.

Sejatinya bahasa Indonesia telah menjawab tantangan di era globalisasi dengan melakukan penyegaran bahasa. Sebagaimana sifat bahasa yang dinamis, maka bahasa Indonesia juga berupaya memiliki kosakata yang relevan dan ekstensif untuk dapat digunakan di tengah-tengah masyarakat modern. Sayangnya, istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang merupakan padanan dari bahasa asing masih terdengar aneh di telinga bangsanya sendiri, bahkan terdengar elusif. Mengapa demikian? Sebab kosakata tersebut jarang diucapkan dan digunakan.

Wiyanti (2016) dalam artikelnya yang berjudul "Kemampuan Memahami Padanan Kata Bahasa Indonesia pada Peserta Kuis Olimpiade Indonesia Cerdas Season 2 di Rajawali Televisi" mengemukakan hasil penelitiannya bahwa kemampuan pemahaman padanan kata dalam bahasa Indonesia pada peserta kuis Olimpiade Indonesia Cerdas di bawah rata-rata. Lebih lanjut, Wiyanti (2016) menjelaskan bahwa dari total 18 soal, peserta hanya mampu menjawab benar 6 soal. Artinya, lebih dari 50 persen soal tidak terjawab. Hasil penelitian tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa pengetahuan akan padanan kata dalam bahasa Indonesia perlu mendapat perhatian yang khusus sebagai bagian dari problematika bahasa Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline