Kalau kita melihat akan teks Firman Tuhan dalam Lukas 24:13-35, maka kita menemukan bahwa kisah penyaliban Yesus adalah suatu peristiwa yang benar-benar terjadi atau suatu fakta sejarah. Karena pada saat itu bisa di katakan semua orang di Yerusalem tahu akan peritiwa itu, karena ini menimpa pada Yesus yang sangat terkenal dan juga yang menyalibkan Dia adalah para petinggi orang Yahudi, sehingga wajar jika peristwa ini sangat terkenal, maka bagi kedua murid yang berjalan ke Emaus pada waktu Yesus datang dan bertanya peristiwa apa yang kalian percakapkan ? maka orang tersebut pasti adalah orang asing yang baru datang. Karena peristiwa tersebut sangat terkenal.
Dan perlu di ingat bahwa peristiwa penyaliban Yesus itu di catat oleh dua sejarawan yang terkenal pada jaman itu dan mereka bukan pengikut Yesus yaitu : Tacitus, seorang sejarawan romawi dalam tulisannya "annals" dan Yosefus sejarawan Yahudi. Berarti kesaksian mereka tidak di buat-buat karena mereka bukan pengikut Yesus. Dengan kata lain penyaliban Yesus ini bukan hanya memiliki makna teologis tetapi betul-betu adalah fakta sejarah.
Kemudian Selanjutnya kita melihat kedua orang murid ini juga menceritakan kepada Yesus tentang hal yang mengejutkan mereka bahwa ada beberapa orang di antara mereka telah ke kubur Yesus dan ternyata jenasahnya tidak ada, dan malaikat yang berada di kubur itu mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit atau hidup. Kedua murid ini tidak percaya bahwa Yesus telah bangkit, hal itu tidak ada dalam pemikiran mereka maka mereka berdiskusi panjang lebar akan hal itu.
Mengapa mereka begitu heran bahwa Yesus sudah bangkit, padahal pada waktu hidup Yesus sudah memberitahukan secara jelas kepada mereka bahkan berulang-berulang bahwa Ia akan menderita, mati dan bangkit pada hari ketiga, tetapi mengapa hal itu tidak ada dalam pemikiran para murid sama sekali ?
Ternyata yang menjadi fokus pemikiran mereka di nyatakan dalam ay 21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Nah inilah yang menyebabkan mereka tidak lagi mengingat seluruh perkataan Yesus bahwa Ia akan bangkit.
Karena mereka sudah putus asa, mereka berharap Dia menjadi pemimpin mereka, membebaskan mereka tetapi ternyata Dia di hukum mati. Sehingga pada waktu ada kabar bahwa Yesus hidup, mereka heran karena focus pemikiran mereka hanya tertuju pada suatu ambisi besar bahwa Yesus harus mejadi pemimpin yang membebaskan bangsa Israel dari jajahan bangsa lain, bukan pada janji-janji Perjanjian Lama dan perkatan-perkataan Yesus bahwa Ia akan bangkit. Padahal jelas focus kita seharusnya pada Firman Tuhan bukan pada ambisi kita. Apa yang Tuhan inginkan itu yang penting bukan apa yang kita mau.
Oleh karena itu hati-hati bagi kita semua. Karena kita terlalu focus pada ambisi kita, harus terjadi seperti apa yang kita inginkan maka bisa jadi kita tidak peduli dengan apa yang Yesus inginkan dalam hidup kita.
Ada dosen-dosen tertentu berusaha sekolah sampai luar negeri, ambil doctor tetapi pada waktu pulang tidak ada keinginan yang tinggi untuk menolong para mahasiswanya. Mahasiswa tahu tidak tahu ia tidak peduli, bahan ajarpun tidak di persiapkan dengan maksimal. Maka pertanyaanya : Apakah sekolah tersebut hanyalah ambisi mereka atau kehendak Tuhan.
Maka hati-hati, pada waktu kita fokus pada ambisi maka bisa jadi kita tidak peduli pada kehendak Tuhan dalam diri kita. Karena murid-murid hanya Fokus kepada Yesus yang menjadi pemimpin secara fisik maka berita kebangkitan Yesus tidak dengan mudah di percayai. Jadi mereka lebih fokus pada ambisi mereka dari pada Firman Tuhan yang di nyatakan terus-menerus. Sayang sekali.
Ada seorang teman pada waktu itu ada kesempatan untuk naik jabatan dengan catatan harus pindah tugas ke daerah lain. Di satu pihak dia punya keluarga dan juga orang tuanya yang sakit-sakitan dan butuh pengawasan dia secara intens. Adik-adik juniornya sudah punya jabatan melebihinya, ia terus bergumul dan tanya pada Tuhan akhirnya ia putuskan tetap di kotanya untuk terus merawat orang tuanya. Dia katakan aku menemukan kehendak Tuhan, Yang Tuhan mau saat ini walaupun aku tidak punya jabatan yang tinggi tetapi aku akan berusaha mempengaruhi pimpinanku agar dia bisa melakukan hal-hal yang benar dan akupun bisa tetap merawat orangtuaku dan menolong keluargaku.
Dan dia mengerjakan semuanya itu dengan serius, bekerja dengan baik, terus mempengaruhi pimpinannya dan merawat orang tuanya dengan baik. Dia punya ambisi yang kudus dan berkenan karena di dasarkan pada pergumulan sehingga bisa mengetahui apa maunya Tuhan, bukan ambisi yang lahir dari keinginan sendiri, atau ambisi pribadi.