Lihat ke Halaman Asli

hei, is it your smile?

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hidup Berjalan Terus :)

Suatu saat kita mendapat musibah yang sangat berat dan membuat sedih, seakan hidup kita berantakan. Lebih parah dari kota yang diluluh lantahkan tsunami aceh!!lalu, apakah itu berarti hidup kita sudah selesai?tidak, bukan?apakah kita masih bisa merasakan angin yang sejuk dan panasnya matahari?kalau iya, berarti hidup kita masih ada dan harus terus berjalan. Ya, harus terus berjalan.

Ketika musibah menimpa, dirasa berat dan membuat lelah, maka biasanya kita membutuhkan waktu untuk berdiam, ‘malas’ untuk melakukan sesuatu, ingin bersembunyi, ‘malas’ bekerja, dan sederetan kegiatan lain yang terkadang membuat diri sendiri jadi galau :). Apakah hal itu melanggar batas nilai kemanusiaan?oh tidak!hal itu wajar-wajar saja. Kita bisa menghabiskan beberapa saat(mungkin satu atau dua hari) untuk ‘merenungi’ perasaan sakit karena suatu musibah, untuk memahami bahwa saat ini kita sedang jatuh dan perlu untuk berdiri lagi. Dan bergegaslah untuk berdiri karena kehidupan kita masih menunggu diluar. Kehidupan kita akan terus berjalan seperti apapun kondisi kita sekarang. Benar-benar tak bisa meminta waktu untuk berhenti.

Seperti apapun perasaan kita (hancur lebur, remuk jantung dll), dunia masih tetap berputar dengan ceria. Jika kita merasa musibah ini menghancurkan kita tetapi di luar sana masih punya orang-orang yang membutuhkan kita, mungkin orang tua yang masih sangat dan akan selalu mengharapkan yang terbaik, sahabat-sahabat yang butuh dukungan, orang-orang di luar sana yang sedang mengalami hal yang ‘lebih sulit’  dari kita, atasan yang sangat menyenangi pekerjaan kita, atau suami/istri yang membutuhkan semangat kita untuk bersama-sama lagi menjalani kehidupan. Apakah kita akan terus mengabaikan mereka?dan terus menerus mengasihani diri kita sendiri tanpa melakukan apapun karena kita pun tak pernah tahu harus melakukan apa!apakah kita pantas membuat diri kita yang sedang jatuh menjadi semakin jatuh sehingga mengundang tatapan khawatir atau mungkin tatapan kasihan dari orang lain. Padahal kesempatan untuk membuat kehidupan kita menjadi lebih baik sudah menanti. Membahagiakan orang lain. Teringat slogan, hakekat menerima adalah saat kita memberi :) yuk di coba?!

Tidak ada alasan lain lagi kan?mari menabur energi postifi bahwa kita tidak mungkin terus menerus memayahkan diri kita sendiri dengan potensi dan kesempatan yang begitu banyak, lebih banyak dari yang kita tahu.

Jalan kita masih panjang, banyak kesempatan yang akan datang, banyak orang-orang yang akan hadir dan membagi banyak hal penting dalam kehidupan kita.

Musibah yang kita alami sekarang mungkin bukan yang pertama kali nya,kan?jika kita sekarang sedang merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga, dulu mungkin kita pernah kehilangan seseorang yang juga sangat berharga?lalu apakah kita dapat melalui hal tersebut di waktu dulu??dapat kan??itu berarti, sekarang pun kita bisa melewati hal-hal berat tersebut.


Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Q.S Yunus : 61)

referensi : Buku Ya Allah tolong aku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline