Lihat ke Halaman Asli

Menatap Masa Depan

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

rintik air yang turun dari langit bagai cambuk yang mencabik

meringkik kesakitan berbenturan dengan seng-seng berkarat atap rumah

malam semakin larut meninggalkan senja termangu digilas waktu

berlalu bagai gendang bertalu

dikaki bukit ku semayamkan diri, menghindari kebisingan kota yang menderu seolah selalu terjaga

termangu aku menatap kelam malam, tanpa bintang tanpa bulan, gelap. hanya sedikit terang dari kejauhan.

ragu...

apakah masa depanku begitu...?

setelah beribu-ribu waktu berlalu tak kutemui juga asa tuk berlabuh

bagai pengembara tak tau arah.

diam ku termangu, hanya berserah pada Tuhanku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline