Lihat ke Halaman Asli

Gema AisyiyahMasruri

Alumni Mahasiswa

Hujan Meteor Perseid: Mengenal Sebelum Bertemu

Diperbarui: 6 Agustus 2023   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Future

Pada tanggal 13-14 Agustus 2023 di Indonesia, kita akan melihat fenomena menarik dari luar angkasa, yaitu puncak hujan meteor Perseid. Hal ini dikonfirmasi oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional, yang juga memperkirakan akan banyak meteor yang bermunculan di langit pada tanggal itu, sehingga disebut sebagai puncak hujan meteor Perseid. Lalu, apa itu Perseid, dan mengapa peristiwa luar angkasa bisa dilihat melalui bumi?

Perseid

Perseid didefinisikan sebagai hujan meteor dengan titik radiannya berasal dari konstelasi Perseus. Science Alert mengatakan, bahwa hujan meteor ini terdiri dari partikel yang hancur dari komet yang berukuran 26 kilometer. Partikel tersebut hancur ketika komet bergerak masuk dan keluar dari Tata Surya. Komet Swift-Tuttle, yang meninggalkan jejak dan menjadi bagian terpadat yang akan dilalui oleh meteor Perseid ini, terakhir kali melintasi bumi tahun 1992, dan akan kembali melintas pada tahun 2126, sebab dia merupakan benda es yang membutuhkan waktu hingga 133 tahun Bumi untuk mengorbit satu kali untuk mengelilingi Matahari. Tetapi, jejak dari puing-puing dan debunya masih ada hingga sekarang, dan menunjukkan pemandangan yang indah ketika terbakar saat melintasi atmosfer Bumi. Nah, fenomena inilah yang disebut dengan hujan meteor Perseid, sebab semua ekor dari meteor ini tampak mengarah pada rasi bintang belahan utara Perseus. Kendati demikian, hujan meteor ini tidak ada hubungan secara langsung dengan konstelasi Perseus, sebab jarak Bintang Perseus ini berpuluh-puluh tahun cahaya, sementara meteor Perseid ini terbakar sekitar 100 Km di atas permukaan Bumi.

Tentang Meteor

Seperti yang kita tahu, meteor merupakan objek luar angkasa yang memasuki atmosfer Bumi, dan menghasilkan fenomena optik yang dikenal sebagai Bintang Jatuh. Meteor terbentuk dari kumpulan partikel kecil, debu, pecahan asteroid, pun benda-benda langit lainnya yang tersebar di tata surya. Apabila meteor ini tidak habis terbakar oleh atmosfer dan jatuh ke permukaan Bumi, ia disebut sebagai meteorit.

Meteor, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, berasal dari asteroid. Tetapi, untuk lebih dalamnya, asal dari meteor dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

  • Meteor asterodidal, yang berasal dari asteroid ataupun serpihan dari planet yang hancur atau meledak,
  • Meteor parabolis, yang berasal dari pecahan benda luar angkasa, yang belum diketahui jenis benda tersebut, dan
  • Meteor kekometan, yang berasal dari komet yang mengandung bahan penyusun seperti gas.

Ciri-ciri dari benda langit yang disebut meteor ini, adalah:

  • Tidak memiliki orbit,
  • Ukuran yang beragam,
  • Bersinar terang seperti Bintang jatuh dengan ukuran yang kecil,
  • Tersusun dari unsur seperti oksigen dan silikon, dan mengandung jenis-jenis logam yang lebih berat seperti besi, nikel, dan magnesium,
  •  Berwarna gelap kehitaman, dan
  • Memiliki massa jenis yang lebih besar dan rapat jika dibandingkan dengan batuan yang berasal dari Bumi.

Kita tahu bahwa meteor ini akan tampak 'menghujani' Bumi pada pertengahan Agustus tahun ini, sehingga kita harus tahu jenis-jenis dari meteor berdasarkan hujannya juga, yaitu:

  • Hujan meteor quadrantid, yaitu meteor yang biasanya terjadi pada bulan Januari ini, berasal dari konstilasi bootes,
  • Hujan meteor geminids, yang berasal dari asteroids 3200 Phaethon,
  • Hujan meteor orionid, yaitu meteor yang biasanya terjadi pada bulan Oktober, dengan ciri khas yang berwarna kuning dan hijau, dan
  • Hujan meteor Perseid, yang terjadi ketika Bumi melewati aliran awan Perseid, yang terjadi di atas rasi Bintang Perseus.

Penjelasan di atas, membantu kita memahami terkait meteor Perseid yang akan menghujani Bumi bulan Agustus ini, sehingga sebelum bertemu dengannya, kita sudah tahu bagaimana ciri-cirinya, asalnya, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan luar angkasa. Dengan begitu, kita akan mulai persiapan bagaimana caranya, agar bisa melihat fenomena yang menakjubkan ini.

Menyaksikan Hujan Meteor Perseid

Para peneliti mengatakan, jika kita ingin melihat sebuah fenomena luar angkasa, bukan hanya hujan meteor, namun juga melihat Bintang-bintang yang bersinar dengan terang, kita harus berada di lokasi yang bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, bebas dari polusi Cahaya dan polusi udara, serta dalam keadaan cuaca yang cerah. Hal ini dikatakan, dimana tutupan awan dan skala Bortle, atau skala kecerlangan langit malam akan berbanding terbalik dengan intensitas meteor.

Jadi, semakin besar tutupan awan dan skala Brotle, maka akan semakin sedikit jumlah meteor yang tampak di langit.

Oleh karena itu, banyak pengamat luar angkasa, akan mendaki bukit atau gunung yang cukup tinggi, dan menggunakan teleskop, binokular, dan alat-alat lainnya, untuk memastikan mereka tidak melewatkan momen tersebut. Selain itu, para pengamat juga kadang akan berbondong-bondong mendatangi padang rumput yang luas, ditambah berada di dataran tinggi, seba jarak pandang yang luas, dan terhindar dari polusi cahaya, memaksimalkan pandangan mata untuk melihat fenomena luar angkasa tersebut.

Jika kita sudah benar-benar memastikan untuk melihat hujan meteor ini, dimana lokasinya, dan meluangkan waktu semalaman, maka pastikan untuk membawa beberapa alat ini:

  • Senter
    orang-orang yang sudah terbiasa melakukan pengamatan dan fenomena luar angkasa, mengatakan jika kamu ingin mengamati fenomena luar angkasa, lebih baik membawa senter dengan cahaya yang berwarna merah. Sebab ketika meteor yang jatuh dalam keadaan redup, senter ini mampu menjaga penglihatan malam kita yang harus beradaptasi dengan kegelapan.
  • Pakaian hangat
  • Singkat kata, suhu di malam hari akan jauh lebih rendah, dan ketika menghabiskan waktu semalaman, pastikan tubuh kita tetap hangat.
  • Minuman hangat di dalam termos
  • Teh, maupun kopi hangat membantu kita tetap terjaga dan kondisi suhu tubuh yang tetap hangat.
  • Alas duduk atau tenda
  • Alas duduk, kursi, atau tenda bisa digunakan sebagai tempat beristirahat sejenak, memastikan posisi duduk dengan nyaman, dan juga membantu menyimpan barang-barang bawaan ketika kita menyaksikan fenomena luar angkasa.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline