Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Pertanyaan Sederhana, Apakah Definisi Bahagia itu? Bahagia itu Milik Siapa ? Lalu, Apakah kita sudah Bahagia?

Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“ Rumput Tetangga terlihat lebih hijau “

Sepertinya Istilah ini tak asing lagi di telinga kita, Kita pasti pernah mendengar ungkapan di atas.

Sebenarnya apa sih arti Istilah itu ? apakah kalau tetangga yang rumahnya tidak ada rumputnya alias halamannya di plester semua masih juga bisa dikatakan terlihat hijau ? :D atau adapaun jika benar ada rumputnya, kalau rumputnya warnanya sudah kering kerontang , berarti tidak terlihat hijau lagi dong ya? Hehe….maaf just intermezzo, biar tidak ngantuk bacanya :D

Ok kembali ke Topik, Istilah “Rumput tetangga terlihat lebih hijau “ adalah sebuah Istilah atau ungkapan tentang cara pandang kita terhadap kehidupan orang lain, yang kita liat secara kasat mata, bahwa kehidupan orang lain baik itu teman kita, sahabat kita, tetangga kita, saudara kita, rekan kerja kita, rekan bisnis kita, dan lainnya terlihat lebih wah, lebih sejahtera, lebih bahagia hidupnya di banding kita, baik itu mungkin dari segi Pendidikannya, karirnya, rumah tangganya, ekonominya, barang-barang yang di miliknya, dan lain sebagainya.

Istilah Rumput tetangga terlihat lebih hijau jika kita gunakan untuk memotivasi diri kita agar bisa seperti mereka, mendorong semangat kita, memacu adrenalin kita agar lebih giat lagi mencari penghidupan, Menghidupkan semangat kita untuk bergerak mengejar kesuksesan mungkin itu bagus dan sangat layak untuk kita perjuangkan agar kehidupan kita bisa menjadi lebih baik lagi seperti yang terlihat hijau itu, bahkan lebih hijau dari yang terlihat hijau. :D

Namun tak di pungkiri ada juga yang menyikapi istilah rumput tetangga terlihat lebih hijau dengan sikap merasa diri bahwa kita tak sesukses mereka, tak sekaya mereka, tak tak sepintar mereka, tak sehebat mereka, tak sebahagia mereka. Akhirnya kita menjadi pesimis dan perlahan menarik diri dari mereka, berjalan menjauh karena menganggap diri kita tak sebahagia mereka, dan merasa tak pantas dan tak layak bergaul dengan mereka.

Kita merasa diri kita belum sebahagia mereka, lalu sebenarnya apakah definisi Bahagia itu ? apakah mereka mereka yang kita anggap sudah di sukses dari segi ekonomi, karir, pendidikan, dll sebenarnya setiap hari mereka selalu merasa bahagia ? belum tentu.

Contoh kecil misalnya ada yang uangnya banyak, semua fasilitas dan keinginan tercukupi dengan mudah, tapi mau makan saja susah alis harus banyak yang di pantang, tidak boleh makan ini, tidak boleh makan itu, karena misal penyakit yang di deritanya. Jadi uang banyak tidak menjamin untuk bisa menikmati makan makanan yang enak dan sesukanya. Sungguh hal ini membuat tersiksa dan jadi tak bisa menikmati uang yang banyak itu. Mungkin beda halnya dengan yang  hidup sederhana, dari segi uang mungkin tak terlalu banyak :D, tapi kita bisa menikmati makanan yang kita makan, mau makan makanan yang ini yang itu, bisa kita nikmati dengan nikmat tanpa harus ada pantangan.

Jadi sebenarnya apa itu Definisi Bahagia ? Bahagia adalah ketika kita bisa mensyukuri segala nikmat-nikmat yang setiap hari, setiap detik kita rasakan dan kita lalui, yang mungkin tanpa kita sadari nikmat nikmat itu adalah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Masih diberi anugrah hidup dan panjang umur itu bahagia, masih diberi nikmat sehat itu bahagia, ketika kita masih diberi nikmat iman itu bahagia, ketika kita masih diberi nikmat keluarga itu bahagia, masih memiliki kedua orang tua dan bisa menatap senyum dan kebahagiaan mereka itu bahagia, ketika bisa sarapan, makan siang, makan malam, berlibur, menghabiskan waktu bersama keluarga itu bahagia, ketika kita bisa memberi kebahagiaan untuk orang lain itu bahagia, ketika kita bisa bangun pagi itu bahagia, ketika kita bisa menunaikan kewajiban kita seperti shalat lima waktu dan ibadah lainnya itu bahagia, ketika kita bisa memiliki banyak teman dan sahabat itu bahagia, ketika kita berkumpul dan bersilaturahim dengan teman itu bahagia, bisa menjenguk dan memberi semangat pada teman, sahabat, saudara, tetangga yang sedang sakit itu bahagia, bisa membaca buku dan memperoleh ilmu ilmu baru itu bahagia, bisa mendapat banyak kawan baru (seperti sesama kompasianer ini) dan ilmu ilmu baru dari mereka seperti di kompasiana ini itu bahagia, bisa membagikan sedikit ilmu yang kita tahu itu bahagia, lalu misal ketika di dalam Transportasi umum ketika kita bisa memberi tempat duduk untuk orang yang lanjut usia, wanita hamil, atau siapapun yang diprioritaskan untuk duduk itu bahagia, ketika di jalan berpapasan dengan kawan lama dan saling menyapa itu bahagia, ketika kita bisa mentraktir teman-teman kita makan itu bahagia, ketika kita bisa menjadi perantara kebaikan bagi orang lain itu bahagia, ketika kita bisa memberi solusi untuk masalah orang lain itu bahagia, ketika bisa duduk bersama dan berbagi ilmu dengan anak-anak jalanan itu bahagia, ketika kita bisa mengantarkan teman yang sedang sakit yang jauh dari keluarganya itu bahagia, dan sederet hal hal lainnya yang tanpa kita sadari bahwa itu adalah sebuah kebahagiaan.

Jadi Bahagia itu milik siapa ? Bahagia itu adalah milik hati kita sendiri, bahagia adalah anugrah dariNya, bahagia itu ada dalam diri kita sendiri, bahagia itu adalah hati kita sendiri yang ciptakan, hati kita sendiri yang menanamkannya dan menetapkan bahwa kita layak bahagia, bukan dengan fokus pada kekurangan kita dan membanding bandingkannya dengan orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline