Lihat ke Halaman Asli

Senja Trie

Seorang yang senang Belajar Hal hal baru , Terutama mengenai Self Development dan Senang Menulis

Aku dan Pengamen Cilik Itu

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sore itu langit nampak memancarkan wajah sendunya,semilir angin  terasa mulai menyayat kulit, hujan mulai turun mengguyur kota  ku,ku percepat langkah ku di antara riuhnya lalu lalang orang dan kendaraan umum, semua nampak berlari mencari tempat untuk berteduh, ku berlari ke sebuah jejeran toko dikawasan pusat kota untuk tempat berteduh , Dingin dan menggigil yang kurasakan saat itu.ku pandangi orang-orang yang juga  tengah  berteduh bersamaku, Diantara mereka ada yang bercakap-cakap dan ada pula yang diam memandangi tetesan air hujan,tak satu  pun diantara mereka yan ku kenal,ku terdiam, pikiran ku sedang  sedang kacau saat itu, Ku berdiri dengan tenaga yang masih tersisa sore itu, Seorang pengamen cilik duduk sambil memainkan gitar kecil disebelah ku,ku dengarkan alunan petikan gitarnya,terasa begitu mendamaikan hati,bibirnya menyunggingkan senyum malu-malu kearahku, aku pun membalas senyumnya…”wah kecil kecil jago ya main gitarnya!” ucapku ,ia tersipu malu…”hehe..kaka bisa aja!

Aku pun mengambil posisi duduk disebelah pengamen cilik itu karena aku mulai merasa kelelahan setelah seharian menjalani aktifitas,“kamu sekolah dek?”Tanya ku, ia terdiam sesaat seperti bingung mau menjawab apa,” Dulu fikri sempat sekolah ka,sampai kelas 2 SD,tapi karena ayah fikri meninggal , fikri terpaksa berhenti…” ”oh…” (aku cuma bisa manggut manggut kepala sambil berpikir) ”maafin kaka ya de…? kaka gak ada maksud nyinggung kamu sama sekali?”lanjut ku lagi.

“gak apa apa kok kak!” ia tersenyum….”oh nama kamu fikri ya?”aku tersenyum

“iya kak, Muhamamad Fikri,klo kaka siapa?”tanyanya polos

Aku tersenyum “nama kaka, Senja”  “oh, ka Senja ya ?”

“Ka, fikri boleh nanya ga?”sahutnya   “Tanya apa fik??”aku malah balik bertanya penasaran.  “ka Senja lagi ada masalah ya? ? fikri liat ka Senja kaya yang pusing pas tadi dateng,lagi banyak pikiran ya ka? mikirin sapa ka?”tanyanya panjang.

 Aku mengernyitkan alis bingung campur kaget, kok anak itu tahu ya???  “ah fikri sok tahu deh”  jawab aku tersenyum berusaha menyembunyikan perasaan yang sedang ku rasakan saat itu.

“Fikri bisa liat kok kak,kenapa kak baru putus sama  pacarnya ya??,ga usah sedih ka! “Ucapnya tersenyum.

Aku mengernyitkan alis dan kemudian tersenyum….”ah,fikri kaya paranormal aja kamu hehe….,kamu kaya yg ngerti pacaran aja …!”ledek  ku

“ayo kaka ngaku???”ledeknya lagi ….

“Ah kamu,udah kita ngomongin yang lain aja ya….!”potong ku tersenyum.

“Oh kamu ga sekolah ya fik,terus kegiatan kamu apa aja?”Tanya ku penasaran mengisi kekosongan sambil menunggu hujan reda saat itu.

“Klo pagi Fikri bantu ibu Fikri belanja ke pasar ka,ibu Fikri kan di rumah jualan sayuran,klo ibu belanja fikri yang bawain..trus pulangnya Fikri jagain ade Fikri yang kecil,gantian sama ade Fikri yang SD,dia kan sekolahnya siang,trus klo si dede udah bobo,Fikri ngamen deh…bilang dulu ke ibu,terus pulang ngamen Fikri suka ke rumah singgah dulu kak,belajar disana pulangnya udah magrib,pulang ke rumah langsung mandi,shalat dan berangkat lagi ngaji”paparnya panjang lebar.

Aku manggut-manggut kepala,  ”oh….wah ternyata  padat juga ya aktifitas kamu dari pagi sampe malem…hehe….oh..ade kamu dua ya Fik?kamu anak pertama?”

“iya ka”  “trus klo ngamen kamu disuruh ibu kamu apa kemauan sendiri?”

“Kemauan Fikri sendiri kak”

“Hm,trus uang hasil ngamennya kamu pakai untuk apa?”

“Fikri kasih ibu kak, buat nambahin beli  susu si dede,kadang Fikri kasih juga buat ade Fikri yang SD buat jajan sekolah dia”

Aku terenyuh mendengar jawabannya,Anak sekecil itu pemikirannya luar biasa dewasa ,”memang ade kamu yang kecil umur berapa fik?trus yang Sd kelas berapa?”

“Si dede baru umur 2 tahun kak,ade fikri yang kedua baru kelas 3 SD..”

 “Oh…trus  klo misal kamu dilanjut sekolahnya aturan sekarang kelas berapa  fik?”Tanya ku penasaran  “Aturan klo dilanjut sih,sekarang fikri udah kelas lima kak”sahutnya.

Aku terdiam sesaat membayangkan orang tua Fikri,Seorang Single Parent yang harus membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil-kecil tanpa kehadiran sang suami,harus menopang kehidupan ekonomi keluarga,betapa repotnya…Tapi Tuhan memang maha Adil ia menganugrahkan Fikri,seorang bocah kecil yang pemikirannya luas biasa cerdas,melebihi kita orang dewasa..Ibunda Fikri sangat beruntung memiliki anak seperti Fikri,seorang anak kecil yang ulet dan rajin bekerja demi ibu dan kedua adiknya….Hmm,aku jadi salut sama Fikri.

“Ka Senja kok ngelamun sih?!?” Suara  Fikri mengehentakkan ku  dari  lamunan…

“Eh,iya fik…”Aku tersenyum dengan sisa sisa lamunan ku.

Aku memandangi Fikri dengan Sejuta pertanyaan di benak ku,”Kamu ga nyesel Fik,ga sekolah??kamu masih  pengen sekolah kan kaya temen-temen kamu yg lain??”

Ia terdiam dan kemudian menjawab perlahan,”Ya sebenarnya Fikri juga masih pengen sekolah kak,tapi mau gimana lagi….Fikri juga pengen jadi orang sukses biar bisa ngebahagiain Ibu….Tapi mungkin udah jalan Fikri kaya gini,ga apa apa deh Fikri ga Sekolah yang penting ade-ade Fikri Bisa Sekolah dan Fikri  Janji Fikri Bakal ngebahagiain Ibu sama ade-ade Fikri…” Paparnya sambil tersenyum tegar….

Kembali Aku tersentuh mendengar jawabannya,Bocah kecil ini benar-benar memberi ku banyak pelajaran,Aku jadi malu pada diri ku sendiri,aku yang terkadang egois, aku yg terkadang ingin selalu tercukupi semua kebutuhan ku oleh  ayah dan ibu tanpa memikirkan sulitnya mereka mencari nafkah,aku  yg terkadang bahkan mungkin sering menyusahkan kedua orang tua,aku yang terkadang ingin menang sendiri tanpa memikirkan perasaan orang-orang  disekitar ku baik keluarga atau teman teman, Dan Sejuta aku dengan semua kejelekan sifat ku….Jarang rasanya aku bersyukur untuk apa-apa  yang sudah aku miliki saat ini,Seharusnya aku harus bersyukur dan terus bersyukur….Untuk semua yang sudah Tuhan berikan sama aku, semua kebutuhan yang sudah dicukupinya,nikmat sehat,nikmat bersama  keluarga, nikmat memiliki banyak teman dan saudara….”Ya Rabb….ampuni hamba!”

“Jujur,Kakak  salut sama samu Fik, Perjalanan hidup dan kisah kamu tadi benar benar membuka mata hati kakak,makasih ya!”ucap ku tersenyum

Bocah kecil itu hanya bisa tersenyum kalem…

“Kakak doain moga suatu hari nanti kamu bisa jadi orang sukses ya!!”

“Aamiin  makasih ka, Fikri  juga doain kakak biar sukses juga ”sahutnya tersenyum

“Aamiin….”

Tak terasa Hujan sudah mulai reda , aku pun segera berdiri “Kakak pamit dulu ya Fik!

Makasih ya untuk pelajaran hari ini, moga kita bisa ketemu lagi ya fik….!”Ucapku

“Iya kak mundah mundahan Fikri bisa ketemu lagi sama Ka Senja ,Jangan sedih kaya tadi ya kak” jawabnya polos sambil terseyum lebar

Aku hanya bisa tersenyum memanggutkan kepala sambil berlalu,

“ku sangat bersyukur,ternyata hujan sore itu membawa berkah,ku di pertemukan dengan fikri seorang pengamen jalanan yang memberi ku banyak pelajaran tentang arti hidup ini….

 

Terimakasih sahabat kecilku :)

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline