Lihat ke Halaman Asli

Seni Asiati

Untuk direnungkan

Kue untuk Anakku

Diperbarui: 15 Mei 2020   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Apa kue lebaranmu? banyak pilihan kue lebaran ada yang modern, ada yang jadul atau istilahnya menu kue kering kampung, bahkan ada yang kekinian seiring berjalannya waktu.

Suasana menjelang lebaran memang sudah terasa dicirikan dnegan harumnya kue yang merebak dari rumah-rumah. Tahun ini tentunya berbeda, kalau biasanya setiap lebaran kompleksku jarang tercium bau harum kue lebaran, sudah beberapa hari ini aroma margarin dan bau vanili merebak dibawa angina laut. 

Ya, setidaknya ada new norma di lingkunganku ini. Beberapa ibu memang wanita pekerja termasuk aku. Pandemi covid-19 membuat mereka bekerja dari rumah dan hasilnya mereka dapat mencoba menu baru bahkan ada waktu untuk membuat kue kering untuk lebaran. Walau rasanya lebaran kali ini kue akan dikonsumsi sendiri tanpa tamu yang datang atau mungkin ada yang datang dengan mengendap-endap demi sebuah silaturahmi.

Ingatanku mengenang masa kecil ketika tanganku belum lentur mengaduk adonan kue. Mamahku selalu membuat kue kering lebaran. Dahulu walau kami tinggal di kota besar para penjual kue kering belum sebanyak sekarang. 

Mamahku mengajak anak-anaknya yang masih kecil-kecil untuk membantunya membuat kue. Tangan-tangan kecil kami sibuk mengaduk bahan kue dengan arahan mamah. Sebenarnya sih ga ada bantuan yang memudahkan mamah menyelesaikan kue. Aksi kami bahkan malah membuat dapur mamah berantakan. Kue yang kami buatpun tak tentu bentuknya.

Kue kesukaan kami satu rumah adalah kue nastar. Tugas dari mamah sederhana saja sih, hanya membulatkan selai nanas. Bulatan kami tuh bermacam bentuk dan ukuran. Bahkan kalau mamah membuat kue setelah berbuka, selai nanas itu tidak banyak masuk ke dalam adonan karena sudah masuk ke mulut kami hahahahahahaha. 

Mamah yang hanya tamatan SD ternyata sudah mengajarkan kami untuk hidup rukun dan mau bekerja sama. Ajaran itu yang baru aku mengerti setelah aku dewasa. Aku belajar tekun mengerjakan tugas dan membantu adik juga temanmu mengerjakan tugas. 

Ternyata mamah tidak mementingkan hasil kue. Mamah hanya ingin kami hadir bersama dan saling membantu. Pengalaman itu yang kini jarang dilakukan oleh para ibu muda yang sibuk bekerja.

Setiap masalah pasti ada hikmahnya. Pesan itu terasa ketika aku dan semua bangsa Indonesia  di masa pandemi covid-19 ini. Waktu yang banyak di rumah harusnya dengan bijak digunakan untuk para ibu-ibu untuk merangkul semua anaknya dalam hidup rukun dan berkerja sama. Hal itulah yang aku lakukan pada kedua anakku. Kue kering yang mereka sukai sama denganku yaitu nastar. Aku ajari mereka untuk membuat kue kesukaan mereka.

"Kapan kita membuat kuenya, Mah?" tanya si bungsu yang kalau menghabiskan kue nastar bisa satu toples sendiri.

"Besok Sabtu tanggal 16 Mei mamah sudah tidak WFH, sudah libur. Kita membuat kuenya setelah berbuka saja." Kataku sambil menyiapkan menu berbuka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline