Social Emotional Learning (SEL) untuk Mengurangi Stres akademik Siswa di Masa Pandemi COVID-19 bersumber dari kegiatan akademik,berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Liu, dkk mengungkapkan bahwa penyebab seseorang mengalami stres akademik adalah ujian, minimnya prestasi, prokratinasi, pekerjaan rumah, sistem pembelajaran yang kurang mendukung serta motivasi dalam internal siswa.
menurut Alvin stres akademik juga disebabkan oleh pola pikir, kepribadian, jam pelajaran yang padat dan tugas yang banyak serta keterampilan belajar. biasanya stres akademik sering terjadi pada momen-momen tertentu, seperti halnya mendekati tengah semester ataupun ujian akhir,akan tetapi, sistem daring yang saat ini tengah dilakukan akibat pandemi COVID-19 menjadikan siswa rentan terkena stres akademik,hal ini sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh KPAI pada 20 provinsi dan kabupaten menunjukkan bahwa 79,9% anak mengalami stres diakibatkan pembelajaran sistem daring.
sistem pembelajaran dengan metode daring yang saat ini dilakukan mengakibatkan terjadinya peningkatan beban pembelajaran yang memicu stres akademik pada siswa,Lebih jauh,Pujiastuti pun menyatakan bahwa pembelajaran jarak jauh atau daring membuat peserta didik menjadi bosan yang dikarenakan tidak bisanya peserta didik beriteraksi langsung dengan guru dan teman-temannya.
pernyataan tersebut selaras dengan temuan Agus bahwa pembelajaran jarak jauh yang dilakukan membuat siswa perlu waktu untuk beradaptasi dan hal tersebut berimbas pada kemampuan murid menyerap pelajaran, hal tersebut dikarenakan siswa sudah terbiasa melakukan pembelajaran tatap muka yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan teman dan gurunya. Padahal interaksi yang sering dilakukan oleh siswa bersama dengan teman dan gurunya akan dapat meningkatkan capaian prestasi akademik siswa (Gehlbach, Brinkworth, Hsu, King,Mclntyre & Rogers, 2016).
Dhia mengatakan bahwa salah satu metode pembelajaran yang tepat dan dapat digunakan dalam situasi seperti ini adalah Social Emotional Learning (SEL), ini dikarenakan metode SEL membantu siswa untuk meningkatkan motivasi dan resiliensinya dalam melakukan pengelolaan emosi,penyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Helaludin dan Alamsyah bahwa Social Emotional Learning atau SEL adalah proses kegiatan belajar-mengajar yang secara sengaja melibatkan anak-anak dan orang dewasa secara bersamaan agar saling memahami baik dari segi emosi, tujuan serta dapat membangun empati dan menjalin hubungan yang positif serta bertanggung jawab. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh khilmiyah (2013) yang menunjukkan bahwa penggunaan metode SEL dalam pembelajaarn pendidikan Agama Islam dapat menumbuhkan kecerdasan emosional dan sosial pada anak jika dilakukan secara holistik,selain itu, penelitian terdahlu yang dilakukan oleh Greenberg, dkk menunjukkan bahwa siswa dengan kompetensi sosial dan emosional yang baik dapat hidup lebih sehat dan memiliki performa yang lebih unggul dibandingkan dengan yang tidak. Oleh sebab itu,penting untuk mengoptimalkan komponen-komponen dalam SEL guna meminimalisir terjadinya stres akademik siswa,lebih jauh, penulisan ini bertujuan untuk memberikan solusi tentang bagaimana SEL berperan dalam mengurangi stres akademik memalui pengaplikasian komponen komponennya.
terdapat beberapa komponen yang terdapat di dalam Social Emotional Learning (SEL) yaitu:
1.Self-awareness, adalah kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan, pikiran dan dampak dari perilaku yang dilakukannya.
2.Social-awareness, adalah kemampuan untuk mengolah perspective taking, membangun empati dan kemampuan untuk beradaptasi sesuai dengan norma dan perilaku sosial,sehingga tercipta hubungan yang kooperatif dan positif.
3.Self-management, adalah kondisi di mana seseorang mampu mengatur pikiran, perasaan dan perilakunya dalam situasi yang berbeda-beda. Termasuk dalam komponen ini adalah kemampuan seseorang dalam melakukan manajeman stres serta mampu mengkspresikan emosi yang dirasakan secara tepat.
4.Relationship skill, merupakan kemampuan dalam hal membangun dan mengembangkan hubungan yang baik dan sehat serta kemampuan seseorang dalam menyelesaikan konflik.
5.Responsible decision making, adalah keterampilan seseorang dalam membuat suatu keputusan yang membangun tanpa menjatuhkan orang lain.