Lihat ke Halaman Asli

Sendi Wijaya

Mahasiswa Mpd Univeritas Pelita Harapan

Perlukah Guru Memahami Kondisi Psikososial Siswanya?

Diperbarui: 22 November 2021   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Pendahuluan

Ketika mendengar kata psikososial, masih banyak masyarakat umum yang tidak begitu memahami, apa itu psikososial dan apa hubungannya dengan pengenalan terhadap emosi dan jati diri seseorang. 

Secara etimologis, kata psikososial dibentuk dari dua kata yaitu psikologis dan sosial. Psikologis berhubungan dengan mental, pengenalan terhadap diri sendiri, serta perilaku seorang manusia. Sementara sosial berhubungan dengan interaksi seorang individu dengan lingkungan sekitarnya.  

Jadi psikososial dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi kejiwaan dan sosial seseorang. Studi mengenai psikososial diperlukan untuk mehamai masalah-masalah yang berhubungan dengan interaksi seorang individu terhadap lingkungannya. Karena permasalahan yang dialami oleh seorang individu tidak hanya berkaitan dengan dirinya sendiri melanikan juga dengan sekitarnya. 

Lantas mengapa pendidik dalam hal ini guru perlu memahami kondisi psikososial seorang siswa? Lalu Langkah-langkah apa saja yang bisa dilakukan oleh seorang guru ketika memahami kondisi psikososial seorang siswa? Kedua pertanyaan inilah yang saya coba jawab melalui tulisan kali ini.

2. Biografi

Seorang psikolog sekaligus psikoanalisis ternama Bernama Erik Erikson mengenalkan sebuah teori mengenai 8 tahapan psikososial seseorang.

Menurut Erikson, kepribadian seorang individu berkembang seiring dengan pengalaman sosial sepanjang hidupnya. Berangkat dari sini, kemudia Erikson menyebut teori ini sebagai perkembangan psikososial. Ada 8 tahapan perkembangan psikososial menurut Erikson. 

Namun sebelum saya membahas lebih lanjut 8 tahapan tersebut, mari kita mengenal terlebih dahulu siapa itu Erik Erikson. Lahir di Franfurt, Jerman, pada tahun 1902. Erikson memiliki masa kecil yang sulit sampai ia beranjak remaja. Ia tidak pernah mengetahui siapa ayah kandungnya sehingga ia dibesarkan oleh ibu kandung serta ayah tirinya yang menikah pada tahun 1905. 

Erikson muda sangat gelisah dengan dirinya sendiri dan terus mempertanyakan jati dirinya karena ia merasa tidak pernah benar-benar sepenuhnya diterima oleh ayah tirinya. Ia memiliki penilaian ini dikarenakan Erikson melihat perlakuan yang berbeda antara dirinya dengan adik tirinya. 

Setelah menyelesaikan studinya di Institut Psikoanalisis Vienna, Erikson kemudian menikah dengan Joan Serson, pada tahun 1930. Ia kemudian harus berpindah ke Amerika Serikat karena perang dunia kedua yang terjadi pada saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline