Pendahuluan
Di dalam dunia pendidikan, saling memahami antar warga sekolah sangatlah diperlukan. Setiap warga sekolah yang berada di dalam dunia pendidikan diharapkan mampu saling memahami agar pembelajaran yang majemuk dan berhasil dapat tercapai demi tecapainya pendidikan yang berkualitas yang dapat menumbuhkan generasi-generasi muda yang memiliki akhlak baik, keterampilan abad 21 serta intelektualitas yang memadai guna bersaing dengan dunia global saat ini. Guru yang merupakan ujung tombak di dalam pendidikan dinilai sangat perlu untuk memahami karakter setiap anak yang mereka didik. Tidak hanya karakter, guru juga harus bisa melihat potensi serta kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh setiap anak. Hal ini agar baik guru, sekolah dan orangtua murid, dapat bersama-sama mengembangkan kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh setiap siswanya. Saya masih ingat betul, bagaimana orangtua saya yang hanya lulusan sekolah dasar tidak memahami ini. Mereka menyerahkan pembelajaran seluruhnya kepada saya dan sekolah. Tidak banyak yang bisa mereka lakukan di tengah keterbatasan yang kami miliki saat itu dan saya rasa hal ini tidak terjadi pada saya seorang. Saya memiliki keyakinan banyak yang memiliki nasib yang serupa dengan saya bahkan hingga saat ini. Lantas apa yang terjadi? Saya mengalami kesulitan menemukan jati diri saya dan potensi yang saya miliki berdasarkan kemampuan intelegensi yang saya punya. Saya sangat bersyukur bertemu dengan guru saya di SMA yang mampu melihat potensi serta kemampuan intelegensi saya. Sehingga ia mendaftarkan saya ke suatu universitas dengan jalur beaisswa dan saya lulus pada saat itu. Guru tersebut menginspirasi saya, ia secara tidak langsung sudah memberikan pelajaran kepada saya, bahwa seorang guru haruslah mampu melihat potensi serta kemampuan intelegensi siswanya. Karena dengan begitu, guru tersebut dapat mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat yang ia miliki sesuai kemampuan intelegensi yang dipunya. Pada tulisan kali ini saya ingin sedikit berbagi dengan para pembaca bagaimana memahami kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh siswa bisa begitu penting untuk masa depan siswa tersebut. Teori mengenai kemampuan intelegensi majemuk yang terkenal datang dari seorang ahli psikologi yaitu Howard Gardner. Teori kemampuan intelegensi majemuk atau multiple intelligences ini dikembangkan Howard Gardner pertama kali pada buku The Frames of Minds yang terbit pada tahun 1983. Lantas seperti apa sepak terjang Howard Gardner dalam dunia pendidikan? Serta bagaimana kemudian teori multiple intelligences ini sangat perlu dipahami oleh pendidik agar dapat mengembangkan potensi siswanya?
Biografi
Howard Gardner lahir pada masa perang dunia kedua di Scranton, Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1943, tepatnya pada 11 Juli. Lahir pada masa perang dunia ke dua memaksa orangtua Gardner yang berdarah Yahudi untuk mengungsi ke Amerika Serikat. Perjalanan pendidikan Howard Gardner dimulai dari Wyoming Seminary di Kingston, Pennsylvania. Ia mendapatkan dukungan dari gurunya di sana untuk melanjutkan studinya di Harvard University. Di sinilah Gardner bertemu dengan dua orang paling berpengaruh di dalam perjalanan karirnya; Eric Erikson, David Riesman, dan Jerome Bruner. Mereka mampu membangun pemahaman Gardner tentang manusia hingga Gardner kemudia melakukan penelitian dalam bidang hukum alam kemanusiaan. Ia kemudia bekerja Bersama Jermo Bruner dan menghasilkan sebuah karya Man: A Course of Study. Gardner melanjutkan studi doktornya di Universitas Harvard pada tahun 1971 hingga kemudia ia menjadi professor pada bidang pendidikan dan psikologi di universitas tersebut.
Multiple Intelligences
Howard Gardner sangat dikenal di dunia karena teorinya multiple intelligences. Ia melakukan penelitian ini selama kurang lebih dua puluh tahun yang dibantu oleh rekan-rekannya di dalam sebuah proyek yang dinamakan proyek Zero. Di awal penemuannya, multiple intelligences memuat 7 kecerdasan ganda yang meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan spasial, logis-matematis, musical, kinestetik, antarpribadi, intrapribadi. Namun pada perjalanannya ia kemudian menambahkan dua kecerdasan ganda yaitu kecerdasan naturalis dan eksistensial.
- Kecerdasan linguistik, merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang yang mampu mengelola bahasa dan kata dengan sangat baikdan efektif. Kecerdasan ini biasa dikenal dengan kecerdasan bahasa yang membuat seseorang mampu menguasai bahasa baik itu tulisan dan lisan lebih cepat dan lebih baik dari pada yang lainnya. Banyak orang-orang terkenal yang sukses karena memiliki kecerdasan ini di antaranya para penulis seperti Andrea Hirata, Dewi Dee, Pramudya Anta Toer dll
- Kecerdasarn logis-matematis, kecerdasan yang memampukan seorang siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan matematika, angka dan bilangan. Biasanya siswa yang memiliki kecerdasan ini mampu menyelesaikan sebuah permasalah dengan menggunakan logika dan nalar yang sangat baik. Ia mampu memperlihatkan kemampuan berhitung yang sangat baik dan lebih cepat dari pada yang lainnya.
- Kecerdasan spasial, kecerdasan yang memampukan seorang siswa untuk menangkap dunia ruang dan visual secara tepat. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini mampu mempresentasikan suatu permasalahan menggunakan gambar-gambar. Artinya anak-anak ini berhubungan dengan sesuatu yang bersifat seni.
- Kecerdasan musical, kecerdasan yang memampukan seorang anak untuk mahir memainkan alat music, bernyanyi dan sebagainya. Mereka peka terhadap nada-nada bunyi dan irama.
- Kecerdasan kinestetik, anak-anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya mampu menggunakan gerak tubuhnya dengan maksimal untuk mengekspresikan diri atau perasaannya. Kecerdasan ini biasa dimiliki oleh athlete, penari, dan sebagainya.
- Kecerdasan antarpribadi, kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat lebih memahami dan peka terhadap orang lain baik itu perasaannya, motivasi, intensi, atau pun amarahnya. Mereka umumnya dapat membangun hubungan yang baik dengan orang-orang sekitarnya.
- Kecerdasan intrapribadi, kecerdasan yang memampukan seseorang untuk bisa lebih memahami dirinya sendiri. Ia mampu mengetahui karakternya serta mengendalikan emosi nya dengan sangat baik. Mereka yang memiliki kecerdasan ini biasanya adalah seorang pemikir yang mampu mengidentifikasi dan mengenali siapa dirinya dan jati dirinya.
- Kecerdasan naturalis, orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk mengenali lingkungannya dengan sangat baik. Mereka mampu memahami kehidupan alam seperti tanaman, hewan ataupun tanah. Orang-orang yang biasanya memiliki kecerdasan ini adalah petani, ilmuan dan sebagainya.
- Kecerdasan yang terakhir yaitu eksistential, kecerdasan yang memampukan seseorang untuk memahami hakikat dan eksistensi manusia pada umumnya.
Baik Guru dan orangtua sangat perlu memahami kecerdasan-kecerdasan ini agar ia mampu mengarahkan kecerdasan setiap anak dan mengembangkan potensi yang dimiliki nya dengan lebih baik lagi. Lalu apakah setiap individu hanya mampu memiliki satu kecerdasan? Jawaban Gardner tidak. Setiap individu bisa saja memiliki kecerdasan ganda lebih dari satu. Namun yang perlu dipahami oleh guru adalah bahwa tidak ada anak yang terlahir bodoh, mereka memiliki kecerdasannya masing-masing. Sebagai guru, kita hanya perlu memahami mereka sehingga kitab isa mengembangkan potensi di dalam setiap murid. Dengan begitu maka kitab isa menjadi guru yang inspiratif bagi anak-anak murid kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H