Di persimpangan jalan sunyi, di mana cinta terukir di batu,
Aku berdiri teguh, menanti janji yang kian kabur.
Luka menganga di hati, diukir oleh pengkhianatan,
Namun setiaku tak goyah, bagai gunung yang menjulang tinggi.
Janji setia yang terucap di bawah sinar rembulan,
Kini terasa hampa, tergantikan oleh dusta dan kepalsuan.
Air mata membasahi pipi, membakar jiwa yang terluka,
Namun setiaku tak pudar, bagai mentari yang selalu terbit.
Kenangan indah bersamamu, bagai pisau bermata dua,
Menorehkan luka di hati, namun juga membangkitkan rasa cinta.