Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu pilar demokrasi yang penting. Pemilu menjadi sarana bagi rakyat untuk menentukan pemimpinnya dan menentukan arah masa depan bangsanya. Untuk memastikan pemilu yang adil dan jujur, diperlukan peran aktif dari penyelenggara pemilu, termasuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).
Salah satu komponen penting dalam PPK adalah Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). KPPS merupakan petugas yang bertugas di TPS (Tempat Pemungutan Suara) untuk melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara. KPPS terdiri dari satu orang ketua, dua orang wakil ketua, dan enam orang anggota.
KPPS merupakan pekerjaan sukarela yang tidak dibayar. Meski demikian, banyak orang yang rela menjadi KPPS karena ingin turut serta menyukseskan pemilu dan menjaga demokrasi. Ada juga yang menjadi KPPS karena ingin memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Berikut adalah beberapa kisah inspiratif KPPS yang rela meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi petugas pemilu, berjuang melawan keterbatasan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pemilih, atau berhasil mengubah hidup masyarakat dengan memberikan edukasi politik:
Kisah Pak Andi Rela Meninggalkan Pekerjaan untuk Menjaga Demokrasi
Pak Andi adalah seorang pengusaha sukses yang memiliki banyak karyawan. Ia memiliki penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Namun, ia rela meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi KPPS.
Pak Andi mengatakan bahwa ia ingin turut serta menyukseskan pemilu dan menjaga demokrasi. Ia juga ingin memberikan contoh kepada anak-anaknya bahwa penting untuk berpartisipasi dalam pemilu.
Pak Andi bertugas di TPS di kampung halamannya. Ia bekerja keras untuk memastikan pemilu berjalan dengan lancar dan adil. Ia juga memberikan edukasi politik kepada masyarakat di kampungnya.
Pak Andi mengatakan bahwa ia merasa senang bisa menjadi KPPS. Ia merasa bahwa ia telah memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara.
Kisah Bu Ani Berjuang Melawan Keterbatasan untuk Memberikan Pelayanan Terbaik
Bu Ani adalah seorang penyandang disabilitas yang tinggal di sebuah desa terpencil. Ia memiliki keterbatasan fisik, yaitu ia tidak bisa berjalan. Namun, ia rela berjuang melawan keterbatasannya untuk menjadi KPPS.