Lihat ke Halaman Asli

Sendi Suwantoro

Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Masih Relevankah Pancasila di Era Milenial? Sebuah Perspektif Generasi Z

Diperbarui: 2 Januari 2024   03:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 persen generasi z tidak setuju pancasila diganti cPKN (https://tirto.id)

Sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia, Pancasila telah mengakar kuat dalam sejarah dan perjalanan bangsa ini. Namun, seiring berjalannya waktu dan berganti generasi, muncul pertanyaan mengenai relevansinya bagi generasi milenial, terutama Generasi Z.

Generasi Z, yang lahir antara pertengahan tahun 1990-an dan awal tahun 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang serba digital dan global. Mereka memiliki pandangan yang lebih terbuka dan beragam, dan mereka terbiasa mendapatkan informasi dengan cepat dan mudah. Dalam situasi seperti ini, relevansi Pancasila harus dipertanyakan lagi.

Apakah nilai-nilai Pancasila, yang dibangun selama perjuangan kemerdekaan, masih relevan dengan masalah dan perubahan yang dihadapi Gen Z pada abad ke-21? Apakah Pancasila dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keadilan sosial, hak asasi manusia, dan kebebasan berbicara yang semakin muncul di era milenial?

Dua kelompok utama berdebat tentang apa arti Pancasila bagi generasi milenial. Ada beberapa orang yang percaya bahwa Pancasila sudah ketinggalan zaman dan tidak relevan untuk konteks saat ini. Mereka percaya bahwa prinsip-prinsip Pancasila terlalu konvensional dan tidak dapat menjawab tantangan yang ditimbulkan oleh transformasi sosial dan globalisasi yang cepat.

Namun, beberapa orang berpendapat bahwa Pancasila, dengan nilai-nilainya yang universal dan abadi, tetap relevan di era milenial. Mereka percaya bahwa Pancasila dapat berfungsi sebagai pedoman moral dan nilai-nilai luhur yang dapat membimbing generasi muda dalam menghadapi tantangan dunia modern.

Menurut Generasi Z, Pancasila penting karena dapat berubah dan berkembang dengan waktu. Nilai-nilainya, seperti kemanusiaan, keadilan, persatuan, kerakyatan, dan musyawarah, dapat diinterpretasikan dan diterapkan secara kontekstual sesuai dengan masalah dan dinamika yang dihadapi oleh Generasi Z.

Misalnya, Generasi Z dapat menggunakan prinsip kemanusiaan dalam perjuangan mereka untuk mendukung hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan perlindungan lingkungan. Generasi Z dapat menerapkan nilai keadilan untuk memerangi diskriminasi, kesenjangan sosial, dan korupsi. Mereka juga dapat menerapkan nilai persatuan untuk merangkul keberagaman dan toleransi di masyarakat yang semakin pluralistik. Mereka juga dapat menerapkan nilai kerakyatan untuk mendorong semua orang untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan dan demokrasi. Mereka juga dapat menerapkan nilai musyawarah untuk menciptakan masyarakat yang lebih demokratis.

Generasi Z memiliki kesempatan untuk menjadi agen perubahan yang membawa Pancasila ke dalam konteks modern. Dengan bakat dan semangat mereka, mereka dapat memasukkan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, tempat kerja, maupun dalam masyarakat umum.

Oleh karena itu, pendidikan Pancasila harus direvitalisasi untuk menjadi relevan dan menarik bagi Generasi Z. Ini berarti nilai-nilainya harus diajarkan secara kontekstual dan aplikatif, dihubungkan dengan masalah dan tantangan yang dihadapi Generasi Z, dan mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila dapat terus menjadi bintang penuntun bagi perjalanan bangsa Indonesia, terutama di era milenial, di mana Generasi Z memainkan peran penting dalam menentukan masa depan negara. Pancasila juga dapat menjadi perekat persatuan, sumber kekuatan, dan inspirasi bagi generasi muda untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline