Lihat ke Halaman Asli

Sena Shin

Penulis

Ternyata Bukan Rumah

Diperbarui: 25 September 2023   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku masih tidak mengerti, bagaimana kamu bisa bertahan menghadapi tingkah konyolnya itu? Kamu bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik darinya. Jangan menyiksa dirimu seperti ini."

Aku hanya bisa tersenyum menanggapi amarah dari sahabatku. Dia mengenalku dengan baik. Dia akan berceloteh dan menyerah pada akhirnya. Apa yang bisa aku lakukan? Aku terlalu liar untuk mendengarkan nasehatnya. Aku terlanjur bahagia dengan hidupku. Aku menyukai setiap waktu yang aku lewati. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku jika aku harus melepaskan sumber kebahagiaanku. Jadi, aku putuskan untuk mengabaikan semua nasehat yang aku terima.

"Dia benar-benar sudah menyihirmu," gadis di depanku kembali bersuara.

Aku tertawa kecil, "Kamu tau aku mencintainya," balasku.

"Dan lupa untuk mencintai dirimu sendiri?!"

Hening. Kami hanya saling menatap untuk beberapa detik. Gadis itu membuang muka. Aku sadar akan kekesalannya padaku. Dia tidak membenci kebahagiaanku, dia hanya kecewa padaku.

"Aku tahu kamu mencintai Peter, tapi kamu mencintainya melebihi dirimu sendiri," tatapan sahabatku tak lagi tertuju padaku. Sepertinya dia semakin membenciku. Terbukti dari kepergiannya tanpa mengucapkan kata perpisahan.

Aku tidak ingin mengakuinya. Tapi aku lebih menyukai apa yang telah aku dapatkan saat ini. Bagiku Peter adalah segalanya. Aku tidak peduli dengan kedekatannya bersama wanita lain. Mereka hanya rekan kerja. Aku yakin akan hal itu. Pekerjaan Peter sebagai model mengharuskannya menjalin hubungan dengan banyak orang. Terlebih dengan lawan jenis yang begitu memujanya. Sungguh aku tak ingin mengeluh. Bahkan dengan munculnya berita kencan antara Peter dan seorang aktris. Sungguh, aku baik-baik saja.

"Kenapa menunggu di sini? Kenapa tidak menghubungiku?" aku tersenyum lega ketika mendapati Peter sudah berdiri di hadapanku. Hari sudah menjelang malam dan Peter masih berpenampilan seolah-olah hari masih pagi. Sangat menakjubkan.

Peter membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan aku masuk. Aku duduk diam di atas sofa ruang tamu. Memberi waktu pada Peter untuk sendiri di dalam kamarnya. Aku tidak ingin mengganggu. Dia terlihat lelah dan membutuhkan istirahat. Jika kamu bertanya, kenapa aku tidak menemaninya? Jawabannya mudah. Peter tak suka diganggu. Aku tak ingin dia kecewa dan marah karena keegoisanku.

Walau kami berada dalam ruang yang berbeda, aku cukup senang bisa berada di dekatnya seperti ini. Aku menyukai setiap kebersamaan kami. Berapa lama pun waktu yang aku lewati untuk menunggunya, bukanlah sebuah masalah. Aku mencintainya dan aku bahagia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline