Semenjak ditetapkan sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020 oleh World Health Organization virus corona COVID-19 telah menyebabkan kematian sebanyak 4,219 orang di 114 negara (Valerisha & Putra, 2020).
Di Indonesia sendiri kasus positif COVID-19 terus meningkat, terhitung sejak 2 maret 2020 total kasus positif di Indonesia sampai saat ini (12 Juli 2021) terhitung sudah mencapai angka 2.53 juta dengan kasus penambahan perharinya memiliki rata-rata 34.731. Dengan tingginya angka kasus positif COVID-19 dan angka penambahan perharinya Indonesia dinyatakan sebagai negara dengan angka kejadian infeksi dan mortalitas akibat COVID-19 tertinggi se-Asia Tenggara (Ophinni et al., 2021).
Oleh karena itu WHO menghimbau kepada seluruh negara untuk terus mengupayakan tindakan preventif dan promotif dalam penanganan COVID-19 ini termasuk di dalamnya adalah vaksin. Upaya pengembangan vaksin terhadap virus etiologi SARS-CoV-2 sejauh ini menjadi kesuksesan yang luar biasa, menghasilkan berbagai modalitas vaksin dalam waktu yang sangat singkat.
Kandidat yang terdekat menyelesaikan uji klinis fase 3 adalah model vaksin mRNA (buatan BioNTech/Pfizer, Moderna), virus inaktif (Sinovac, Sinopharm), vektor virus (Oxford/ AstraZeneca, Gamaleya, Janssen/Johnson&Johnson, CanSino) dan subunit protein (Novavax). Vaksin yang diproduksi oleh BioNTech/ Pfizer sudah mulai digunakan secara luas sebagai vaksin COVID-19 pertama yang dilisensi (Ophinni et al., 2021).
Pelaksanaan pemberian vaksin di Indonesia sendiri sudah dimulai sejak tanggal 13 Januari 2021 dengan penerima vaksin pertama yaitu Presiden RI Joko Widodo sebagai orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin dengan jenis Sinovac (Muhammad et al., 2021).
Pendistribusian vaksin sejak tanggal tersebut secara resmi dimulai dan disebarkan ke berbagai daerah di Indonesia hingga total penerima vaksin per 20 Juni 2021 berjumlah 23.043.372 orang untuk dosis pertama dan 12.239.706 orang untuk dosis kedua. Hal tersebut mengartikan bahwa baru sekitar 30,33 persen warga Indonesia yang sudah mendapatkan vaksin, padahal target pemerintah yakni mencapai 30.349.049 orang yang harus mendapatkan vaksinasi COVID-19.
Vaksinasi sendiri didefinisikan sebagai proses pemberian vaksin kepada seseorang yang bertujuan membentuk antibodi yang mampu melawan virus pada seseorang yang telah divaksinasi. Melalui vaksin inilah pemerintah Indonesia optimis bahwa vaksin mampu mengurangi laju angkat positif seseorang terkena COVID-19 dan angka kematian akibat COVID-19 (Muhammad et al., 2021).
Oleh karena itu, vaksinasi yang dilakukan secara massal dan gratis bagi warga negara Indonesia dinilai dapat menjadi angin segar bagi seluruh masyarakat Indonesia yang sudah lama menunggu adanya upaya pencegahan tersebut.
Di sisi lain, tidak semua masyarakat Indonesia mampu berpikir positif dan mengikuti arahan pemerintah dalam melakukan vaksinasi ini, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih merasa ragu terhadap vaksin dan memiliki untuk menolaknya karena rendahnya pengetahuan dan minimnya informasi yang didapatkan oleh masyarakat Indonesia mengenai vaksin ini.
Hal tersebut semakin diperparah dengan maraknya penyebaran hoax mengenai vaksin yang semakin menambah stigma buruk bagi proses vaksinasi di negara Indonesia.
Penulis juga sebelumnya sudah melakukan studi pendahuluan terkait kondisi persepsi masyarakat Indonesia mengenai vaksin di berbagai daerahn seperti jabodetabek dan luar jabodetabek. Didapatkan hasil bahwa masih banyak masyarakat yang merasa ragu dan tidak yakin akan vaksin ini, bahkan beberapa diantaranya menyebutkan bahwa vaksin mampu memberikan efek negatif dalam tubuh hingga efek kematian.