Lihat ke Halaman Asli

Senada Siallagan

Berpikir Out of The Box

Pendidikan

Diperbarui: 25 Mei 2021   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dari sejarah pemikiran pemikiran manusia, ada dua esensi utama pendidikan. Yang pertama adalah pendidikan sebagai proses pemanusiaan. Dalam arti ini, pendidikan mengembangkan seluruh aspek dalam diri manusiawi, sehingga ia berkembang menjadi manusia yang beradab dan berbudaya seutuhnya. Yang kedua, pendidikan sebagai proses penyadaran (konsientisasi). Penyadaran ini terjadi di dua bidang. Yang pertama adalah penyadaran akan gerak batin di dalam diri, termasuk hal-hal apa yang mempengaruhi emosi maupun perasaan pribadi di dalam diri. Yang kedua adalah penyadaran sosial politik, yakni penyadaran akan keadaan sosial di sekitar kita, termasuk segala masalah-masalah sosial yang ada (Wattimena: 2015, 103).

Kunci kemajuan dan kehancuran suatu bangsa adalah pendidikan, dan kunci dari pendidikan adalah guru. Maka profesi tersebut harus ditempatkan sebagai profesi yang mulia, beserta dengan hak yang layak diperolehnya.

Di dalam pendidikan selalu ada tiga elemen yang saling terkait, yaitu keluarga di rumah, sekolah, dan masyarakat sekitar. Kerja sama yang baik, yang didasarkan pada nilai-nilai pendidikan yang sejati, antara ketiga komponen itulah yang nantinya menghasilkan anak-anak bangsa yang cemerlang dan bijak serta berkarakter.

Pendidikan adalah proses untuk mencapai pencerahan, dan pencerahan adalah kebebasan batin itu sendiri. Apakah paham kebebasan ini terlalu individualistik? Apakah ia tidak mempunyai dampak politis untuk perbaikan kehidupan bermasyarakat? Apakah paham kebebasan batin ini hanya merupakan pelarian semata dari hidup di dunia politik dan ekonomi yang penuh dengan kekejaman dan ketidakadilan? Apakah paham kebebasan batin ini hanya merupakan selubung dari sikap pengecut akan dunia?

Wattimena menjawab semua pertanyaan itu dengan satu kata yaitu "tidak". Justru sebaliknya, kebebasan batin memiliki dampak politis yang lebih besar dari semua teori filsafat politik lainnya. Semua teori ekonomi, filsafat ataupun politik yang masih dibebani oleh "program-program" masa lalu justru menghambat perdamaian, dan menghasilkan ketegangan maupun konflik lainnya. Sebagai pribadi, kita pun bisa dengan hati yang ringan dan dalam damai ambil bagian dalam memperbaiki masyarakat kita. Kita akan menjadi manusia yang murni yang siap menyelesaikan berbagai masalah pribadi maupun masalah bersama. Tidak ada yang lebih praktis dan politis daripada kebebasan batin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline