Lihat ke Halaman Asli

Semuel S. Lusi

TERVERIFIKASI

Penulis

Enigma Wajah Orang Lain dalam Kepungan Covid-19

Diperbarui: 16 April 2020   02:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: AFP via BBC.com

Dari judulnya mudah diduga, yang ingin dibahas adalah pemikiran Emmanuel Levinas, khususnya tentang etika tanggung jawab. Di tengah goncangan epidemi Covid-19 panggilan ‘wajah orang lain” menggema di seantero dunia.

Siapakah wajah yang Lain?  Wajah yang Lain (The Other-TO) adalah yang kita jumpai, dengan totalitas kehadirannya di depan kita serta merta menghimbau tanggung jawab dan kepedulian atas kondisinya.  

Wajah yang lain merupakan jejak yang-Tak-Terhingga, yang bisa disebut Tuhan. Artinya, melalui wajah kita bertemu (jejak) Tuhan. Disebut jejak, karena Tuhan tidak menetap pada wajah, melainkan hanya jejaknya. Itulah sebabnya, wajah juga mencirikan infinitas yang tak bisa terselami. 

Wajah bukan sekadar fenomena, melainkan juga enigma sehingga serba misteri, tak tersingkap, tak terjangkau pengetahuan akal budi. Ia tak terbatas sebagai ‘peta’ menuju yang transendetal.

Wajah yang dimaksud bukan bagian depan tubuh yang terdapat hidung, mata, mulut, dahi, sebagaimana dikenali dalam pembicaraan keseharian. 

Wajah adalah totalitas kehadiran yang lain di hadapan kita. Wajah  sang  kakek korban tabrakan adalah keseluruhan kehadirannya yang tiba-tiba, dalam kepolosan tanpa atribut. Itulah wajah yang lain (TO). 

Sepintas dan sekilas, namun kehadiran itu tertangkap secara total dan menggoyahkan interioritas, mendobrak pertahanan diri. Dengan demikian, wajah yang lain juga menunjukkan kerapuhan Anda.

Setiap manusia memiliki wajah (the face atau le visage.  Wajah merupakan sesuatu yang abstrak namun sangat dalam, yakni keseluruhan cara orang lain memperlihatkan diri kepada kita. 

Ketika menatap matanya yang biru dan bulat, bibirnya, senyumnya, proporsi tubuhnya dan sebagainya dalam perspektif  estetik, Anda mengaguminya, itu bukanlah yang dimaksud Levinas. 

Bahkan, ketika mempersepsinya langsung, misalnya sebagai cewek jutek, cowok playboy, kampungan, metro, kaya dan sejenisnya pun, bukanlah masuk dalam kateori wajah.  

Kedua jenis penilian tersebut bersifat egologi, yang menghalangi Anda memahami wajah dalam keberlainannya.  Pada akhirnya, wajah yang lain itu sesungguhnya juga memperlihatkan wajah Anda yang sebenarnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline