Lihat ke Halaman Asli

Semuel S. Lusi

TERVERIFIKASI

Penulis

Dedi Mulyadi Dicalonkan Golkar di Pilkada Jabar, Keputusan Tepat!

Diperbarui: 22 Desember 2017   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

antarafoto.com

Kamis, 21 Desember 2017 partai Golkar resmi mencalonkan Dedi Mulyadi (DM) sebagai cagub/cawagub Jawa Barat dalam pilkada 2018.  Keputusan ini diambil hanya beberapa hari setelah Golkar resmi mencabut dukungan yang sebelumnya diberikan kepada Walikota Bandung, Ridwan Kamil (RK). Saya berpendapat, bahwa dukungan Golkar ke DM merupakan pilihan paling tepat. 

Berpendapat demikian tidaklah berarti saya mengabaikan, apalagi meremehkan RK (Kang Emil). Penilaian saya lebih didasarkan pada tuntutan tanggungjawab pengkaderan parpol.  

Saatnya parpol belajar untuk menciptakan kader dan memprioritaskannya. Para kader, khususnya kader daerah telah berjuang tanpa pamrih, terkadang memberikan pengorbanan terlalu besar lantaran harus membela parpol, yang kerap membuat keputusan atau memproduksi wacana yang melukai masyarakat di daerah. 

Mereka laksana jongos yang terpaksa membersihkan noda atau kotoran 'di toilet' yang dibuang secara serampangan oleh para elit parpol di Jakarta. Mereka berjuang 'berdarah-darah' untuk membangun citra baik parpol, hingga akhirnya bisa mendulang suara dan menempatkan wakil (parpol) menduduki kursi-kursi empuk di DPR maupun DPRD.  

Di tengah buramnya citra parpol di mata publik, perjuangan kader daerah mendapatkan voter (pemilih) bukanlah hal mudah. Merekalah ujung tombak partai dalam membentuk dan merawat citra, terutama mendulang suara. 

Buruknya citra parpol terbukti di pilkada-pilkada para kandidat yang berasal dari parpol, bila tidak didukung kerja keras bahkan kerja habis-habisan (dalam pengertian yang cenderung negatif) akan sulit dilirik pemilih. Dengan citra buruk para kandidat internal seakan terlihat sebagai tikus sawah yang mencalonkan diri memanen padi.

Menghadapi situasi lapangan macam itu parpol-parpol menjadi pargmatis lalu mengusung tokoh popular non partai seperti seniman, termasuk komedian, pengacara, pengusaha, dan sejenisnya. 

Prinsipnya, asalkan popular di mata masyarakat sehingga punya daya keterpililihan (elektabilitas) tinggi. Atau memiliki dana berlimpah sehingga mampu membiayai operasi-plastik parpol agar borok-boroknya terlihat mulus dan fotogenik. Soal kompetensi dan pengalaman kepemimimpinan jauh dari pertimbangan.

Sejauh ini banyak parpol tidak punya calon kredibel dan dipercayai masyarakat. Atau, kalaupun punya masih bisa dihitung dengan jari-jari sebelah tangan. Soal popular mungkin banyak. Tetapi kompeten dan punya integritas, itu yang masih langka. Karena itu, Golkar seharusnya bersyukur memiliki kader sebagus DM. 

Ia tidak saja berprestasi membangun Purwakarta melainkan juga berintegritas dan menjadi idola masyarakat,  terbukti dengan telah dua periode dipilih menjadi bupati. Ia juga sukses memimpin Golkar di Jawa Barat, terbukti bisa menempatkan 17 wakil di DPR Provinsi dan membawa Golkar menjadi pendulang suara terbanyak urutan dua setelah PDIP dalam Pileg 2014. 

Dibanding mengusung kader non partai, dengan mendukung DM pemilih Golkar 2014 akan cenderung solid sehingga bisa mengangkat citra Gokar dalam pileg 2019. Bila tetap ngotot mengsung RK sangat mungkin kepercayaan masyatakat terhadap Golkar makin anjlok. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline