Semuel Leunufna*) dan Melianus Salakory**)
*) Sekretaris Pusat Study Wallacea Universitas Pattimura, Ambon. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon, Center for the Conservation of Maluku's Biodiversity. Proyek Blended Learning-Value Chain (BLVC): Kerjasama Indonesia-Belanda .
**) Ketua Pusat Study Wallacea Universitas Pattimura, Ambo, Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura, Ambon.
Pendahuluan
Nama Alfred Russel Wallacea, naturalis (Ahli Ilmu Alam) berkebangsaan Inggris yang karya karya besarnya muncul dalam kurun waktu 1854-1862, telah diabadikan pada sejumlah institusi, termasuk didalamnya Wallacea Research Group yang melibatkan 22 lembaga di asia, Australia, Eropa dan Amerika Utara (www.wallacea.info), Opwall (Operation Wallacea), Penelitian Konservasi Melalui Kerjasama Akademis (Opwall.com), yang berlokasi di sejumlah besar Negara di Dunia, serta sejumlah lembaga lainnya.
Terlepas dari perlunya lembaga- lembaga dimaksud dengan peran sangat signifikan yang telah ditunjukkan, Maluku, khususnya Universitas Pattimura sangat berkepentingan mengkaji dan mengidentifikasi kembali serta melestarikan karya-karya besar A. R. Wallace karena lembaga ini berada tepat pada pusat kegiatan Alfred Russel Wallace ketika menyelesaikan karya-karya dimaksud. Hal diatas menjadi salah satu justifikasi Rektor dalam mengeluarkan Surat Keputusan Rektor No 733/UN13/SK/2017 tertanggal 25 July, 2017 Tentang Pengangkatan Pengelola Pusat Study Wallacea Universitas Pattimura Periode 2017-2020.
Penetapan Garis pembagi Indonesia bagian Timur yang mencakupi pulau Sulawesi, kepulauan Maluku serta Sunda kecil yang kemudian menjadi wilayah Panas Biodivesitas (Hot Spot) "Wallacea", dari Indonesia Bagian Barat dengan wilayah Hot spot "Sunda Land", berkaitan erat dengan kekhasan keanekaragaman dan endemisasi Fauna maupun juga Flora diantara kedua wilayah, dan merupakan salah satu karya besar A.R. Wallace.
Terkait dengan itu, dalam pertemuan perdana Lembaga Pengelola Pusat Study Wallacea di Kantor Pusat Unpatti, kampus Poka, 06 September, 2017, sejumlah besar hewan dan tanaman endemic dan berpotensi besar mengembangkan perekonomian serta menjamin kedaulatan pangan daerah namun semakin langka keberadaannya, dicontohkan dan dibicarakan.
Beragam spesies dan jenis Burung, beragam spesies dan jenis ikan serta biota laut lainnya, wilayah mangrove, beragam spesies dan jenis tanaman rempah, tanaman pangan, hortikultura, tanaman hutan, hingga tumbuhan dan hewan yang sudah jarang sekali didengar namanya, serta yang dapat dijual dengan harga yang sangat tinggi seperti misalnya Pohon Mesoyi (Massoia aromatica), ikan Oti di pulau Aru, ikan Sapi di Saparua.
Visi