Lihat ke Halaman Asli

Thomas Sembiring

Blogger KereAktif

Menalar Sikap BEM-SI

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14322166642145961882

Pernah berdemo dan membuat macet jalan. Hari ini giliran menjadi " tumbal aksi", menghidupi jalanan macet dengan tubuh penuh keringat. Tapi satu catatan dalam komentar di artikel ini sungguh menusuk jantung kesadaran. Demonstrasi dalam konteks Jakarta sungguh berisiko hebat. Bagaimana tidak, tanpa demonstrasi saja setiap hari macet. Maka ketika seorang pengguna kendaraan yang berkomentar soal adanya pesakitan di ambulan yang terjebak dalam kemacetan, saya berpikir.

Haruskah nyawa rakyat sendiri ditumbalkan demi sebuah aksi? Saya kira realitas ini harus masuk dalam pertimbangan skenario aksi mahasiswa di ibukota. Demokrasi memberi ruang pada aksi demonstrasi, namun ketika rezim membuka dialog kenapa harus dianggap sebagai hal tabu. Keterbukaan rezim harusnya menjadi pintu masuk mahasiswa dalam menggolkan agenda kerakyatan secara keras. Jangan sampai agenda aksi hanya menjadi euforia masa muda, apalagi tanpa mempertimbangkan kepentingan publik yang lebih luas. Terlebih agenda meminta turun sedang bukan eranya lagi. Eranya sekarang adalah mahasiswa turun sekali waktu dari panggung demonstrasi menuju panggung partisipasi. Mumpung penguasa juga mau turun dan mengajak mencari solusi.

Pada satu sisi lain mari kita mencermati potongan dari pernyataan sikap BEM-SI sebagaimana dirilis dalam situsnya. Saya kutip dari situs BEM-SI demikian:

________________________________________________________

"Jika sampai tanggal yang sudah ditentukan (19/5) Presiden tetap tidak mau menemui kami untuk dialog terbuka maka kami akan jemput paksa beliau 21 Mei 2015 di Istana dengan ribuan massa.

Hidup Mahasiswa!!
Kita dilahirkan untuk dijalanan bukan untuk makan malam!

Selasa, 18 Mei 2015
Atas Nama Aliansi BEM Seluruh Indonesia

Ahmad Khairudin Syam*
(Koordinator BEM SI)

_________________________________________________

Coba simak baik-baik pernyataan sikap calon pemimpin bangsa dari kalangan intelektual ini. Amati dengan baik tiap kata dan gagasan bernas yang ada di dalamnya. Mari kita sikapi dengan kritis klaim sikap kritis mereka. Bagi mahasiswa atau pernah menjadi bagian dari gerakan mahasiswa yang turun ke jalan, mungkin tidak sepakat dengan catatan saya ini. Tapi bagi saya ini menarik untuk kita refleksikan secara kritis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline