[caption id="attachment_405611" align="aligncenter" width="624" caption="Mantan pembawa acara berita Grace Natalie saat ditemui di Kantor Pusat PP Muhamadiyah, Jakarta Pusat, Kamis (26/3/2015)./Kompasiana(kompas.com)"][/caption]
"Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia... "- Bung Karno
Membaca kabar tentang Grace Natalie yang menyatakan itikadnya membangun kesadaran generasi muda Indonesia tentang gerakan perubahan melalui jalur politik, saya terkesima. Kecantikan Grace Natalie barangkali sudah menjadi obrolan umum netizen yang mengenalnya sebagai seorang presenter. Meski demikian, kecantikan terbaik yang ditampilkannya yang mengusik serta menggetarkan kesadaran sejatinya adalah pernyataannya. Pernyataan yang melebur makna kecantikan dan keberanian menjadi satu ruang yang tak terpisahkan.
Siapa yang berada di belakang keberanian Grace Natalie untuk muncul di publik tentu menarik diperbincangkan. Namun rasanya perbincangan mengenai arah partai baru yang diusung oleh Grace Natalie bersama Sekjend-nya Raja Juli Antoni, seorang kader muda Muhammadiyah, barangkali akan lebih menarik untuk dinanti. Sebab publik sama-sama tahu bahwa segmen kaum muda yang disasar oleh Grace Natalie melalui partainya adalah pasar baru, pembaharu dan terbarukan.
Pasar baru sebab selama ini banyak partai mendaku sebagai partai yang peduli pada orang muda. Faktanya, meski memang sudah ada beberapa partai yang membaharui diri dan memberi ruang pada munculnya kader-kader muda namun rasanya itu belum merepresentasikan kaum muda. Belum ada partai yang dipimpin oleh orang muda yang menjadi pasar dari partai politik selama ini. Sejarah mencatat Rio Capella pernah didapuk sebagai representasi kepemimpinan kaum muda dan sebelumnya ada Anas Urbaningrum. Namun rasa-rasanya, magnet kemudaaan itu belumlah cukup representatif.
Dengan demikian pasar baru yang sedang disasar oleh Partai Solidaritas Indonesia, nama yang digadang-gadang menjadi partai Grace Natalie dan kawan-kawan tentu akan menarik perhatian. Patut dicatat bahwa pada tahun 2020 mendatang republik ini akan mengalami bonus demografi yang menunjukkan besarnya potensi kaum muda melebihi generasi produktif lainnya yang patut dijadikan segmen politik.
Pembaharu adalah ciri segmen kaum muda yang juga pantas diperhitungkan. Semangat pembaharuan selalu melekat pada diri kaum muda. Patut dicatat dalam sejarah pergerakan politik yang digadang dan digerakkan oleh kaum muda yang relatif sebaya dengan tokoh partai ini, hanya pernah terjadi dalam sejarah era Soekarno dan rekan-rekannya yang menjadi founding fathers republik ini.
[caption id="attachment_375055" align="aligncenter" width="490" caption="Indonesia Hari Ini bertanya pada orang muda. Sudah siapkah dengan hak kita yang sebenarnya? Bangun Solidaritas, Bangun Indonesia Raya"]
[/caption]
Ciri pembaharu selalu menjadi landasan mengapa dalam setiap era, gerakan mahasiswa yang menjadi representasi kaum muda senantiasa muncul dalam sejarah. Sejak generasi 45, 65, 98 dan hingga saat ini meski frekuensinya menurun, kaum muda selalu tampil dalam semangat pembaharuan. Meski dengan situasi kekinian ciri pembaruan ini mesti dikawal dengan satu catatan penting, pengawalan sistem kaderisasi. Sebab hanya partai dengan kaderisasi yang rapi serta sistemik yang mampu melahirkan kader-kader pembaharu.
Dalam konteks ini, Partai Solidaritas Indonesia perlu menerjemahkan kembali arah ideologisnya dengan sederhana untuk dipahami kaum muda. Tentu saja tanpa kehilangan daya ideologisnya yang akan selalu menjadi jiwa dari sebuah gerakan pembaharuan. Menemukan benang merah ideologi antara semangat solidaritas, identitas ke-Indonesia-an, pluralis serta ramah pada perempuan barangkali bukan pekerjaan mudah. Terlebih merumuskannya menjadi manifesto politik yang frekwensinya dapat dijangkau oleh generasi muda Indonesia.
Ciri terbarukan adalah hal lain yang akan menarik untuk diperhatikan. Dengan memperhatikan karakter, kultur serta demografi kita sebagai sebuah bangsa, rasa-rasanya segmen ini akan selalu muncul dan terus muncul dengan jumlah yang cukup besar. Segmen generasi muda selalu menarik sebab pertumbuhannya akan beriringan dengan perkembangan media sosial serta teknologi yang menopangnya. Hal ini berimplikasi pada terbangunnya ruang yang memungkinkan partai ini memiliki ceruk pasar yang cukup untuk bisa eksis bila memang niat mereka benar-benar dikerjakan secara sistematis.
Saya menyimak kembali kata-kata Grace Natalie yang muncul di berbagai media sebagai berikut:
"Perkenalkan saya Grace, Ketua Umum PSI. Saya perempuan, muda, non-Muslim dan Tionghoa. Kalau bukan di Muhammadiyah dan juga NU, tentu saya tidak bisa duduk bareng tokoh senior yang saya hormati ini. Mungkin saya akan ditempatkan di barisan paling belakang,"
"Jika bukan karena ajaran Muhammadiyah, tentu Sekjen PSI Raja Juli Antoni, kader Muhammadiyah tulen, tidak akan merelakan Kursi Ketua Umum PSI kepada seorang perempuan seperti saya,""Karena Muhammadiyahlah, saya dan kaum saya sampai pada titik hari ini. Karena kemanapun saya pergi, Muhammadiyah selalu memberikan rasa aman untuk saya di rumah Indonesia yang kita cintai bersama ini,"
"Bukan untuk memberontak atau menegasikan peran para tokoh senior bangsa. Tapi lebih karena kesadaran bahwa anak muda harus belajar mandiri dan menempa nasib mereka sendiri,"
Saya membaca Grace Natalie melalui pernyataannya, membaca itikadnya bersama rekan-rekan muda yang hendak melakukan terobosan. Menyimak serta mencecapnya pada jantung kesadaran membuat saya menyatakan bahwa bila itikad ini benar-benar serius, maka dengan keseriusan yang sama saya merespon. Saya tertarik!!
Bagaimana dengan anda?
Salam Solidaritas Indonesia. Merdeka!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H