Lihat ke Halaman Asli

Mengubah Orientasi Hidup. Perlukah?

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu teman kuliah saya meninggal dunia. Dia mengalami kecelakaan disaat bertugas sebagai salah satu panitia kegiatan kampus. Jika dia masih hidup, maka sekarang membersamai saya di semester 7. Bersama-sama dengan yang lain mengejar gelar sarjana. Tapi nyatanya sekarang dia sudah pergi.

Apa pelajaran yang saya ambil? Mengubah orientasi hidup. Satu pelajaran penting bagi saya. Seandainya kawan saya selama ini bersusah payah belajar, mengerjakan tugas kuliah dan kegiatan lainnya hanya untuk mengejar gelar sarjana atau menapatkan IP bagus, maka dia mengalami kerugian yang amat sangat. Keringat dan rasa sakit yang ia rasakan belum sempat ia nikmati hasilnya.

Tetapi jika yang menjadi tujuan tidak hanya gelar sarjana dan pekerjaan nantinya, namun ditambah dengan motivasi jangka panjang. Negeri setelah kematian. Maka ia tak akan merugi.

Hal ini menjadi sangat penting dalam setiap aktivitas. Suatu tujuan yang hanya didasarkan pada dunia belum tentu kita sempat mendapatkan hasilnya. Rasa sakit, pengorbanan, keringat, lelah, pusing belum tentu terbayarkan.

Mengubah orientasi hidup. Melakukan semua karena Tuhan. Do the best. Dan jangan terlalu memeperdulikan caci dan puji. Semuanya akan membuat hidup terasa lebih nyaman.

-Catatan hati untuk diri-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline