Lihat ke Halaman Asli

Selvina

Mahasiswa Sosiologi

Toxic Relationship dalam Berpacaran

Diperbarui: 30 Oktober 2024   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://olret.viva.co.id/foto/5709

Toxic itu artinya adalah racun, atau bisa dikatakan secara harfiah toxic relationship merupakan hubungan yang meracuni pikiran dan mental seseorang yang menjalaninya. Ini merupakan istilah lain untuk hubungan yang tidak sehat untuk dijalani dengan kata lain, tidak seperti hubungan normal pada umumnya. Hubungan toxic memiliki pengaruh buruk untuk emosional sehingga tidak sepatutnya dipertahankan, namun banyak individu yang menjalani hubungan toxic tidak sadar bahwa mereka dalam hubungan tidak sehat satu sama lain. 

Normalnya hubungan yang sehat merupakan hubungan yang dikelilingi oleh rasa sayang dan cinta satu dengan yang lainnya, berbeda dengan hubungan toxic yang malah kebalikannya. Bagaimana sebenarnya toxic relationship itu? ciri pertama hubungan itu toxic adalah ada perasaan tidak aman, saling curiga dan word of affirmation yang minim dengan sering adu mulut satu dengan yang lain. Selanjutnya ada rasa ingin mendominasi hubungan, cemburu yang berlebihan, serta berbohong merupakan salah satu ciri utama hubungan yang tidak sehat. 

Dalam hubungan toxic bisa terjadi kedua belah pihak atau bisa juga salah satu yang mengalami toxic dengan ada yang dominanasi dari pasangan kita. Cirinya adalah si dominan akan mencela, tidak mendukung kegiatan produktif kita, tempramen yang sangat buruk, pemarah, suka mendorong rasa bersalah dan deflektor atau sering menyalahkan kesalahannya kepada orang. Selanjutnya ada orang yang menjadi penerima dan cenderung tidak sadar bahwa dirinya ada dalam hubungan yang tidak sehat yaitu dengan ciri terlalu penurut, terlalu memanfaatkan, selalu menerima, menganggap bahwa semua yang dialaminya adalah bentuk cinta dan miskonsepsi akan hubungannya sendiri. 

Banyak yang berpikir bahwa jika terjebak dalam hubungan yang toxic seharusnya langsung bisa lari dan keluar dari hubungan itu. Namun pada kenyataannya tidak semudah itu membuat seseorang keluar dari lingkaran hubungan yang beracun, bagi beberapa kekerasan fisik dan verbal merupakan tanda kasih sayang sehingga mereka tidak sadar akan hubungan beracun tersebut. Ada beberapa alasan mengapa orang tidak mau keluar dalam hubungan yang beracun, yang pertama adalah rasa sayang jika hubungan sudha berjalan terlalu lama sehingga muncul rasa terus untuk mempertahankan hubungan itu lebih lama. Kedua, rasa bersalah untuk meninggalkan rasa bersalah dengan mimikirkan apa yang akan terjadi pada pasangan jika sudah selesai nantinya, yang ironis mereka sendiri kritis dalam hubungannya. Ketiga, Konfirmatori atau kepercayaan bahwa hubungan tidak sehat yang sedang dijalaninya ini merupakan hubungan yang memang diinginkan, cenderung percaya informasi dalam dirinya terlepas dari benar atau salahnya hal tersebut. 

Jika ada teman, orang terdekat atau keluarga kita yang terindikasi memiliki hubungan yang tidak sehat dengan pasangannya lebih baik kita sadarkan agar tidak terjerumus lebih dalam lagi kedalam hubungan yang beracun. Semua orang berhak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan bare minimum yang normal dalam sebuah hubungan bukan terkungkung menyebabkan trauma mendalam secara emosional. Bicara baik-baik dengan tujuan menyadarkan orang tersebut, jangan menyudutkan dan menyalahkan atau mendukung keputusan mereka untuk terus menjalankan hubungan beracun. Itu bukanlah sebuah dorongan dan dukungan, namun menjerumuskan kedalam hal yang akan disesali. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline