Lihat ke Halaman Asli

Selvi Diana Meilinda

Policy Analist

Pesona Pantai Indrayanti nan Kontroversial

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_136601" align="aligncenter" width="650" caption="pantai indrayanti. doc. pribadi"][/caption]

Minggu pagi (9/10), bersama dengan rekan-rekan kelas saya mengunjungi pantai Indrayanti. Pantai ini terletak bersebelahan dengan Pantai Sundak, Kecamatan TepusKabupaten Gunung Kidul, DIY.

Kami (9 orang) berangkat konvoi sejak pagi dengan 5 sepeda motor dari sekitaran UGM. Di perjalanan kami harus melewati gabungan polisi yang sedang razia di Ring Road Timur arah mau ke Wonosari. Parahnya,satu orang teman kami asal Padang yang membawa motor teman perempuan kami, tidak membawa SIM dan seorang lagi SIM nya mati. Perjalananpun terhambat karena harus menggurus STNK yang tertahan polisi. Ternyata banyak juga yang terkena tilang, hingga kami harus mengantri. Selama mengantri, kami berembuk untuk tidak membayarkan sejumlah uang kepada para polisi yang ternyata pasarannya 30ribu saja. Kami sepakat untuk mengikuti sidang saja, hitung-hitung pengalaman dan cari ilmu, bagaimana sih manajemen pihak kepolisian dalam mengurusi hal ini? Di luar dugaan, seorang teman yang kebetulan paling tua dan asli Yogyakarta merapat pada petugas pencatatan, beliau setengah berbisik dengan bahasa jawa yang kurang kumengerti. Kemudian beliau juga berbisik dengan petugas yang bertindak sebagai ‘bendahara’ dan pemegang STNK para pengendara.

Tak lama setelah itu, nama teman-temanku dipanggil, lalu polisi memberikan STNK seraya berpesan pada kedua temanku, “hati-hati ya di jalan” sambil tersenyum manis sekali.

Wow, saya kaget, bicara apa teman kami yang paling tua itu hingga teman-temanku lolos dari bayaran 30ribu tanpa perlu sidang serta menyerahkan STNK dengan senyuman manis? Begitu rombongan hendak kembali melanjutkan perjalanan, teman itupun bercerita bahwa tadi beliau mengaku sebagai keluarga Bhayangkara (padahal sesungguhnya bukan). Haha… segitu mudahnya lolos dari razia polisi dan ternyata keluarga Bhayangkara itu kebal razia tho? ckck

[caption id="attachment_136632" align="aligncenter" width="600" caption="jalan menuju pantai"][/caption]

Selama perjalanan menuju ke sana, sungguh melelahkan. Tapi sepertinya terbayar lunas dengan pesona gelombangnya. Tiba pukul 12 siang, air laut sedang surut. Sehingga kita bisa melihat bentangan pemandangan rumput-rumput dan kerang serta bebatuan karang. Untuk masuk kepantai ini, kita harus membayar sekitar 5ribu perorang (membawa motor) pada petugas yang berjaga jauh dari lokasi pantai.

[caption id="attachment_136604" align="aligncenter" width="600" caption="air laut sedang surut"][/caption]

Sebenarnya pantainya tidak terlalu luas, hanya saja pasirnya cukup gembur dan asyik untuk bermain. Di bagian barat daya pantai, ada tumpukan batu yang sangat besar-besar, hmm… cocoklah sebagai tempat foto Pre-wed. hehe. Ohya, walaupun matahari sangat terik tapi di sana terasa dingin hawanya, apalagi jika sudah terkena air laut.

[caption id="attachment_136613" align="aligncenter" width="600" caption="berjemur"][/caption]

Kira-kira pukul 2 siang kami baru menyadari bahwa air laut mulai pasang. Hamparan rumput-rumput dan karang tadi kini sudah tak samar-samar mencoba ditutupi oleh beningnya air laut, dan ombak pun bergulung-gulung intens. Para teman pria cepat-cepat berganti pakaian dan asyik bermain bola di laut. Mereka juga asyik berjemur dan mengubur-nguburkan dirinya dalam pasir. Sementara saya, cukup puas jadi fotografer saja hingga matahari terbenam. hehe..

[caption id="attachment_136616" align="aligncenter" width="600" caption="sampai matahari terbenam"][/caption]

Di sekitar pantai ada beberapa faasilitas seperti beberapa penginapan dengan bangunan khas pantai, rumah makan, rest area, mushola, dan gardu pandang. Saya bertanya pada pemilik warung di sebelah penginapan tentang harga penginapan itu, ternyata 1 kamar beserta kkamar mandi dalam permalamnya 300ribu. Selain itu, ada juga kafe dan restoran, tapi kalau ukuran kantong mahasiswa rasanya bisa rugi Bandar makan di sana, tidak cukup kenyang, ratusan ribu bisa melayang.

[caption id="attachment_136606" align="aligncenter" width="600" caption="cafe di pantai Indrayanti"][/caption]

Kontroversi Pantai Indrayanti

Awalnya saya juga heran mengapa ada nama pantai yang seperti nama orang. Ternyata pantai Indrayanti ini penuh kontroversi. Pengelolaan pantainya tidak oleh dinas pariwisata setempat, tapi oleh swasta. Selain nama pantai, pelanggaran lain berupa pelanggaran hak atas tanah dimana tanah di Pantai Indrayanti merupakanSultan Grounddimana tanah tersebut milikkraton Yogyakartadan masyarakat hanya diberi hak untuk memanfaatkan tanah dan tidak dapat memindahtangankan kepemilikannya. Pemerintah berencana menutup pantai ini dalam waktu dekat karena banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pengelola pantai Indrayanti”(sumber: antara news).

Namun, dibalik kontroversi ini, rasanya sayang kalau pantai ini harus di tutup. Lebih baik segera diselesaikan dengan tuntas.

salam dari kami,

[caption id="attachment_136611" align="aligncenter" width="500" caption="personil lengkap"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline