Lihat ke Halaman Asli

Surat Inspirasi untuk Ibu Khofifah

Diperbarui: 7 Mei 2016   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

anak-anak Indonesia (photo by Glene Anantha Rudhy)

Kepada Yang Terhormat Ibu Khofifah indar Parawansa,

Ijinkan saya terlebih dahulu menceritakan sedikit tentang Kelas Inspirasi Jakarta 5. Mereka yang tergabung dalam Kelas Inspirasi Jakarta 5, memiliki misi berbagi untuk menginspirasi anak-anak untuk bisa meraih mimpinya, tidak perduli apapun background keluarga mereka. Memperkaya mereka, kalau saya boleh bilang seperti itu, tentang mimpi untuk meraih cita-cita yang harus dipupuk sedari dini. Mereka layak menggapai cita-cita mereka, dan kami mencobat membuat mereka percaya hal seperti itu sangat mungkin terjadi.

img-20160502-wa036-572cebc3c0afbd9b16d5dc7a.jpg

Kelompok 44 (dok.pribadi)

Dalam Kelas Inspirasi Jakarta 5, terdapat sekitar 1200 atau lebih relawan, yang dalam rangka hari pendidikan nasional kemarin, turun langsung ke sejumlah SD marjinal (termasuk SD inklusi dengan anak-anak berkebutuhan khusus) yang tersebar di seluruh Jakarta, Sukabumi, dan sejumlah daerah lain. Relawan yang bersedia mencurahkan hati, jiwa dan tenaganya, agar acara ini berlangsung (kami menyebutnya dengan Hari Inspirasi bu), saya percaya memiliki kemampuan dan niat untuk membawa perubahan. Tidak mudah dan segampang yang saya dan teman-teman pikirkan bu.

Bersama dengan 15 orang relawan lainnya di kelompok 44 di Hari Inspirasi, kami mendapat tugas untuk “menginspirasi sehari” di SDN 12 Klender. Berbagai profesi dari kelompok saya berkumpul, mulai Dokter, Programmer, Petugas Bea Cukai, Coorporate Communications, Teller Bank, Vocal Coach, Arbiter Catur, Crafter, Pengusaha, Jurnalis, Blogger, Fotografer, dan Videografer, dan mencoba melaksanakan misi ini dengan sepenuh hati.

Tidak mudah bu ternyata, tantangan kami banyak dan berat, waktu sehari seperti tidak cukup. 

Di akhir waktu acara kami berkumpul, dan merasa sejumlah murid di SDN 12 perlu banyak bantuan. Memprihatinkan bu, mereka yang berlari senang, bercanda dengan riang saat kami kunjungi, serta selalu menampilkan wajah ceria, ternyata sebenarnya tidak. Bagaimana tidak, saat kami bersemangat mendukung mereka untuk mengejar cita-cita mereka, dan meminta mereka untuk menuliskan apa yang mereka inginkan dari orangtua mereka agar cita-cita itu bisa terwujud, hal itu tidak terjadi bu.

img-20160502-wa062-572ce3dec0afbd6f16d5dc90.jpg

rekan Inspirator bersama murid sekolah (dok.kelompok)

“Surat Impian” di mana kami berharap mereka tidak pernah melupakan cita-cita yang mereka sampaikan dan tulis, di mana kami juga meminta apa yang mereka ingin dari orang tua mereka untuk mendukung cita-cita mereka, ternyata bagi seorang anak menjadi lampiasan kekesalan bu. Sang anak memaki ibunya, menulis dengan kata-kata kasar. Tidak menjawab pertanyaan rekan inspirator kenapa dia menulis kata-kata seperti itu, sang anak menangis yang membuat kami merasa harus memberikan lebih dari sekedar pelukan.

Sang anak ternyata sering dipaksa orangtuanya untuk bekerja, mengamen. Dipaksa bekerja dan mencari uang. Bukannya mereka seharusnya belajar dan memupuk cita-citanya ya bu? Mungkin perasaan bahagia yang dia miliki sedari pagi bersama kami, tidak cukup baginya sampai akhirnya berkata-kata kasar dan menangis. Anak ini baik bu, membantu kami para inspirator dan membantu rekan videografer saya menjaga barang-barangnya dari tangan-tangan usil temannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline