Butiran kembang gula terpampang nyata di antara jajaran warna
Kerling mata Sang Bocah penuh harap dengan mulut menganga
Seketika, didongakkan kepala ingin cicipi rasa
Namun, ditepisnya rasa karena ia sadar itu bukan miliknya
Dihirupnya napas dalam-dalam sambil berdoa di depan jajaran warna nan menggoda
Dari kejauhan kerumunan bocah datang dengan tawa
Diarahkannya pandang pada jajaran warna
"Itu permen enak sekali", seru seorang di antara mereka
"Itu gulali, bukan permen. Memang enak sih, tapi bukan milik kita."
"Ah, itu kembang gula yang ingin aku punya."
Mereka pun berlalu dengan tawa walau tak pernah menyentuh makanan penuh warna yang terpampang di depan mereka
Sang Bocah terpaku di depan kaca penuh jajaran warna
Masih sambil berharap ada hati terbuka ulurkan kembang gula
"Seperti apa rasanya kembang gula itu ya?" serunya dalam hati
Sang Bocah tersadar kehadiran pemuda dengan kembang gula
Ia nikmati, tetapi tak mampu melihat betapa indahnya warna kembang gula
Ditinggalkannya jajaran warna di balik kaca
Sang Bocah telah puas menikmati keindahan warna.
Ia tertawa tanpa luka
Walau tak mendapat apa yang diingini, ia tetap bahagia
Tawa sesungguhnya terlahir dari hati
Rasa syukur dalam diri atas apa pun yang terjadi
Bekasi, 4 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H