Lihat ke Halaman Asli

Selvia Indrayani

Guru, penulis, wirausaha, beauty consultant.

Penantian Panjang

Diperbarui: 12 Juli 2021   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi

Dua ekor kucing kutemui di lorong pertokan sore ini
Mereka berebut sepotong ayam yang terbungkus plastik
Tanpa basa basi ditarik dengan sekuat tenaga agar bisa mendapatkannya
Aku hanya bisa terpana melihatnya, padahal perut ini juga tengah meronta

Tanpa diduga, seekor anjing berlari dan merebut ayam yang terbungkus tadi
Dua ekor kucing menganga tanpa dapat berkata
Mereka telah kehilangan bahagia
Sisakan tetesan air mata

Takada lagi tenaga bagi mereka untuk bertarung

Hatinya mendung disertai muka murung

Anjing yang merasa perkasa terus berlari mencari tempat sunyi
Dikoyaknya bungkusan ayam berbalut plastik penuh energi
"Wah, aromanya lezat sekali,"gumam anjing di lorong sepi
"Akhirnya aku bisa makan lagi,"teriaknya kegirangan memecah sunyi

"Kaing..."
Sebuah tendangan telak mengenai perut yang bergemuruh
Sepasang sepatu mengkilap berdiri tegap dan menatap
Dipungutnya ayam terbungkus plastik tadi lalu pergi

Dalam penantian aku berjalan
Berharap hujan kirimkan makanan
Aku melenggang perlahan menikmati kelaparan
Ditemani matahari yang berjalan ke peraduan

Perutku masih keroncongan
Berharap ada uluran tangan
Siapa tahu ada dermawan
Manusia yang berperasaan

Aku dalam penantian dan merenungkan arti dermawan

Di tengah negeri yang makmur dan aku merasa sendiri
Masihkah penantian ini berarti?
Atau aku harus mati karena takada lagi nurani?

Bekasi, 12 Juli 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline