"Sahur... Sahur." Teringat dengan jelas memori masa kecil dengan kalimat yang diserukan oleh sekelompok orang sambil memukul kentongan. Saya pun suka ikut berjoget jika mendengarkan itu. Sesuatu yang khas dan hanya ada di bulan Ramadan. Sayangnya sekarang saya sudah tidak dapat menjumpai hal yang sama.
Saat ini memang masih ada orang yang berkeliling di kompleks perumahan saya untuk membangunkan sahur. Akan tetapi, caranya sudah berbeda. Mungkin ini pengaruh perkembangan zaman atau perbedaan tempat. Saya dilahirkan di kota Rembang yang identik dengan kesenian "Thong-Thong Lek" dan sekarang tinggal di Bekasi yang dekat dengan ibu kota.
Beberapa daerah di Indonesia masih ada tradisi untuk membangunkan orang sahur sambil berkeliling. Berikut ini merupakan beberapa contoh tradisi yang ada di berbagai daerah:
- Komprekan (Ngomprek) di daerah Majalengka
- Bagarakan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur
- Ngarak Beduk (Beduk Saur) di Jakarta
- Obrok Burok di Cirebon
Tradisi membangunkan orang sahur sambil berkeliling pada dasarnya bertujuan baik karena mencegah orang (ibu-ibu khususnya) agar tidak terlambat menyiapkan sahur. Tradisi ini menggunakan alat yang berbeda-beda pada setiap daerah. Ada yang menggunakan kentongan, perlengkapan sederhana seperti panci dan galon air, dan ada juga yang menggunakan musik sambil berkeliling.
Terlepas dari pro dan kontra mengganggu atau tidak cara membangunkan sahur dengan berteriak malam hari, semua kembali kepada cara membangunkan dan sudut pandang. Ada empat alasan perlunya membangunkan sahur dengan berkeliling:
1. Tradisi Indonesia
Membangunkan orang untuk sahur sebenarnya tidak hanya ada di Indonesia. Di negara seperti Turki, India, Maroko, dan Albania juga terdapat tradisi ini. Di Turki, orang membangunkan sahur dengan menabuh drum. Di India ada seheriwalas yang berkeliling pada pukul 02.30 pagi. Mereka menyenandungkan nama Allah dan para nabi sambil mengetuk pintu atau dinding rumah penduduk. Di Maroko, ada nafar yang memainkan musik sambil berkeliling dengan memakai pakaian tradisional gandora, sandal, dan topi. Di Albania, warga akan turun ke jalan sambil memainkan lodra.
Adanya tradisi menjadi kekayaan bangsa yang patut dipertahankan. Apa yang masih baik di masa lalu dapat diadaptasi di zaman yang sudah modern dengan tetap mengutamakan sikap toleransi. Terlebih lagi jika melihat keragaman cara membangunkan sahur yang ada di Indonesia, sangat disayangkan jika hal ini tidak dipertahankan.
2. Mendapatkan Pahala Berlimpah
Sahur merupakan ibadah sunah di bulan Ramadan. Dengan sahur, ada keberkahan yang diperoleh. Demikian pula halnya bagi orang yang membangunkan sahur, karena pada dasarnya setiap orang ingin mendapatkan pahala yang berlimpah. Kegiatan membangunkan sahur yang dilakukan dengan ikhlas sebagai salah satu cara mendapatkan keberkahan Ramadan. Kegiatan ini memberikan manfaat agar orang yang berpuasa tidak terlambat sahur dan dapat meraih kesempurnaan puasa.
3. Memupuk Kerja Sama
Indonesia terkenal dengan budaya gotong royongnya. Tradisi membangunkan sahur yang ada di tiap daerah ternyata tidak hanya dilakukan oleh satu orang. Ada beberapa orang yang berkeliling bersama untuk membangunkan sahur.
Di masa pandemi ini, kegiatan berkumpul memiliki batasan. Berkeliling membangunkan sahur tetap dapat dilakukan dengan tetap mematuhi prokes. Seperti yang dilakukan di kompleks perumahan saya, ada dua orang yang berputar dengan memutar musik yang tidak membuat orang terkejut.