Semalam 16 Agustus 2023, pukul 20:30 Wib, diadakan acara doa bersama untuk mengenang para pejuang yang menjadi korban kebiadaban pasukan Belanda di Jembatan Kali Progo yang masuk wilayah Kelurahan Kranggan. Bertempat di atas jembatan selain doa bersama juga ditampilkan teatrikal puisi yang menceritakan keganasan Belanda saat terjadinya pembataian ribuan pejuang di atas jembatan itu. Dihadiri oleh Bupati Temanggung Bapak Al Khadziq, Ketua DPRD Temanggung Bapak Yunianto, S.P. , para sesepuh daerah Kranggan, tokoh agama dan warga sekitar
Betapa mencekam saat itu, di tempat yg kupijak ini, di jembatan Kali Progo. Ribuan pejuang dan rakyat biasa (petani, pedagang dll) harus meregang nyawa karena kebiadaban kolonial Belanda, di Agresi Militer kedua tahun 1948- 1949. Mereka diperintahkan berbaris dengan tangan diikat di belakang badan, lalu satu persatu kepala mereka dipenggal atau ditembak. Seketika mayat jatuh ke sungai, darah memerahi beningnya kali progo. Pembantaian itu adalah imbas dari ditanda tanganinya penyerbuan ke markas Belanda oleh Letnan Jendral TNI, Bambang Sugeng. Kala itu Bambang Sugeng adalah Wakil 1 Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP). Tentu saja Belanda tidak terima lalu mengerahkan pasukan yang berkhianat pada Indonesia untuk melakukan serangan balasan dengan membantai pejuang Indonesia di atas Jembatan Kali Progo ini.
Sepenggalan kisah pembantaian itu semalam dipentaskan secara teatrikal dan juga pembacaan puisi oleh remaja Kranggan bersama KSS3G (Keluarga Studi Sastra 3 Gunung) dengan judul Titik Merah yang disutradarai oleh Cemplon dan puisi Riak Haru Jembatan Progo Saksi Bisu oleh Selsa, narasi Kisah Sejarah Progo oleh Dini Rahmawati. Juga Pembacaan puisi oleh sesepuh Sastra Temanggung, Bapak Roso Titi Sarkoro.
Yang membuat miris, para algojo adalah pribumi, orang Indonesia yang berkhianat dengan membela Belanda. Kebanyakan dari mereka orang-orang dari timur Indonesia. Semoga mereka yang telah gugur membela harkat dan martabat negeri ini, diterima dan diberikan tempat yang layak oleh Allah SWT.
Adapun Jembatan Progo saksi bisu sejarah kelam perjuangan bangsa ini pun harus tumbang, karena tidak dipelihara dan dijaga sebagaimana mestinya. Jembatan tua itu kini berganti bangunan menjadi jembatan seperti sekarang ini. Sayang sekali, banguan yang tinggi nilai sejarah itu musnah karena kelalaian kita sebagai pewaris negeri ini. Hingga alam membuatnya rusak dan hancur.
Kedu, 17 Agustus 2023