Lihat ke Halaman Asli

Selsa

TERVERIFIKASI

blogger

Renjana Pedih

Diperbarui: 24 Februari 2019   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar Gilang Rahmawati Prameshwara


Senja diiringi alunan Yo Te Amo melambungkan ingatanku pada namamu. Maaf jika aku belum sempat meminta ijin untuk kerap mengangankan dirimu. Maafkan pula jika di akhir-akhir ini di sepertiga malamku, kubawa namamu di setiap dzikir dan lantunan doa yang kukirim ke langit. Agar Tuhan senantiasa beriku jawaban saat gelisah merindumu.
Pesonamu sanggup menjebakku hingga aku terpenjara rasa atasmu. Meski sekuat hati kutepis sosokmu, toh tak pernah berhasil. Bahkan bayanganmu sering kali menggodaku tanpa rasa iba.
Sejatinya aku malu mengakui ini, mengakui jika aku merindumu sebab dirimu tak pernah tahu itu. Rasa ini demikian menggetarkan hatiku, meriuhkan gemuruh dada hingga aku tak kuasa lagi menahan hasrat untuk bertemu dirimu. Entah sampai kapan rasa ini meremuk redamkan hasratku, aku pun tak tahu. Aku terluka, namun aku nikmati setiap tetes air mata kepedihan mencintaimu.
Mungkinkah kita kan menyatu? Sedang dirimu tak pernah mampu mengeja signal yang pernah aku kirim di gigilnya kabut Sumbing.Kamu dan sejuta anggunmu adalah khayalan yang kunikmati indahnya. Kamu dan angkuhmu adalah nyata yang kucecapi perihnya. Kamu dan diammu adalah kepedihan yang kujaga kisahnya.

*Puri sunyi*

tantangan menulis 1 pekan 1 tulisan 

halusinasi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline