Parakan adalah kota kecil di kaki Gunung Sumbing dan Sindoro yang menyimpan nilai sejarah yang sangat tinggi. Kecamatan Parakan masuk wilayah Kabupaten Temanggung. Meski hanya sebuah kota kecil namun warga di sana terdiri dari banyak ragam suku, agama dan ras. Terbukti dengan adanya Vihara, Masjid, Gereja, dan juga Kelenteng. Oleh sebab menyimpan banyak sejarah maka Parakan juga telah dicanangkan sebaga Kota Pusaka.
Dan mengenai adanya Kelenteng yang bernama Hok Tek Tong di kota kecil ini pun sebenarnya terkait dengan sejarah perang Pangeran Diponegoro (1825-1830). Pada waktu itu seorang Tionghoa asli yang berada di Semawung, Kutoarjo (Jawa Tengah) mendapat wangsit untuk menyelamatkan isi kelenteng Semawung, ke Parakan.
Setelah melalui perjalanan yang berat maka warga Tionghoa itu berhasil sampai Parakan dan akhirnya beberapa tahun kemudian berdirilah Kelenteng Hok Tek Tong. Dengan berdirinya Kelenteng itu akhirnya berkembanglah warga keturunan yang berdomisili di Parakan. Hingga saat ini hampir 25 % warga di Parakan adalah keturunan.
Warga pribumi dan keturunan di Parakan pun hidup penuh dengan kerukunan dan kedamaian, saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Terbukti dengan membaurnya warga dalam acara-acara besar Keagamaan maupun Nasional. Misal saat Lebaran, maka warga yang bukan muslim akan saling berkunjung ke tetangga muslimnya untuk mengucapkan selamat.
Pun seperti saat Imlek tiba. Warga pribumi akan mendatangi beberapa tetangganya yang "open house" dan turut merayakan Tahun Baru China itu.
Penulis ingat sewaktu kecil dulu sering diminta tolong nenek untuk mengantarkan kue-kue khas Lebaran ke beberapa tetangga yang warga keturunan dan berbeda keyakinan. Sebaliknya saat Imlek seperti sekarang ini, tetangga yang merayakan akan menghantarkan beberapa makanan khas ke keluarga kami.
Dan imbasnya penulis sering mendapatkan angpao dari mereka. Untuk itulah Imlek adalah merupakan perayaan yang banyak ditunggu anak-anak pribumi selain lebaran tentunya. Karena mereka bisa mendapatkan uang dari angpao-angpao tetangga yang keturunan.
Sejak Presiden Abdurrahman Wahid membebaskan warga keturunan untuk merayakan Imlek secara terbuka, kemeriahan perayaan Imlek di Parakan semakin semarak. Barongsai, pawai-pawai yang bernuansa khas Tionghoa akan mewarnai perayaan Imlek di Parakan. Maka dari itu, saat Imlek tiba banyak warga yang menunggu dan turut gembira menyambutnya.
Karena kemeriahan Imlek akan dirasakan bersama, entah itu warga keturunan maupun pribumi. Dan yang paling ditunggu selain pertunjukkan Barongsai adalah mekanan khas Imlek yaitu Kue Ranjang. Selain warga mendapat hantaran dari tetangganya, di banyak toko pun dijual aneka rasa Kue Ranjang ini. Sebab Kue Ranjang ini hanya ada saat Imlek tiba, di waktu-waktu biasa tidak mudah untuk mendapatkannya.
Inilah sekelumit tentang Imlek di Kota Parakan, kota kecil yang mempunyai jalan-jalan Pecinan layaknya Pecinan Di Semarang, atau Ngasem meski dalam skala kecil.