Ini tentang ikatan yang menautkan aku dengan desember. Yang di almanaknya, awal kisahku dengan kekasih jiwa bermula. Saat pertama dia menciumku di teduh malam. Lalu ikrar untuk selalu mendampingiku terungkap dalam kejujuran yang sangat darinya.
Desember juga memulakan bagi raga dan jiwaku pada satu pengabdian tanpa batas sebagai ibu. Di pungkasannya, dua malaikat terlahir dari rahim.
Ribuan kisah tercipta di dingin musim akhir tahun. Kisah yang menggulirkan air mata bahagia pun duka. Kisah yang meruntuhkan keegoan diri.
Di sudut sebuah rumah tua, pohon terang melagukan sayatansayatan luka, tentang pertentangan keimanan yang seharusnya tak perlu. Sebab keyakinan itu adalah rahasia hati. Lalu sepasang manusia renta menjatuhkan air mata dari kelopak matanya dengan deras.
Degub desember adalah bahagia dan luka yang meleburkan ketegaran, nafasnya menghidupkan ketabahan. Namun keabadian Desember kali menghambar sebab kekasih hati telah berpulang
Gigil Desember, kidung sunyi luka jiwa yang merindu.
Desember pertama tanpamu Ping
*PuriKencana 1 Desember 18*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H