Rumah ini aku beli sekitar 3 tahun yang lalu, atas persetujuan semua anggota keluarga. Saat pertama kali melihat rumah ini hatiku langsung merasa "klik", meski keadaannya sangat semrawut, apalagi dapurnya yang sangat kotor dan tak terawat, dikarenakan si empunya rumah mungkin sibuk, jadi nggak pernah mengurusi rumahnya. Namun aku suka bentuk ruangannya dan yang pasti sesuai dengan kocek suami hehehe.
Setelah direnovasi sana sini, tinggalah kami sekeluarga di rumah ini, rumahku istanaku. Tak istimewa sih, selain rumah terlihat bersih dari sebelumnya dan ada teras belakang rumah yang semula dijadikan tempat sampah oleh pemilik sebelumnya.Tak ada pula peristiwa yang menarik selama menempati rumah kecil kami itu sampai pada suatu hari...
Saat itu Rara, anakku tengah memasak bersama ketiga temannya di jelang waktu adzan magrib, sekitar pukul 17:50 wib. Sekonyong-konyong ketiga teman Rara itu lari ke arahku lalu berebut memelukku. Aku yang tengah menonton tv kaget bercampur heran.
"Ada apa sih?" tanyaku.
"Ada yang nangis tante" jawab salah satu teman Rara.
"Siapa?"
"Itu suaranya makin kenceng"
Dan benar, suara tangisan anak perempuan itu terdengar jelas di telingaku, seolah-olah pemilik tangisan tengah duduk di sampingku. Ketiga teman Rara, masih erat memegang tubuhku. Sedang Rara aku lihat tidak begitu takut, anak itu memang lumayan pemberani. Aku semakin kasihan melihat mereka yang sangat ketakutan.
"Hey, jangan ganggu kami" teriakku " Ini anak-anak lagi pada mau ujian, mau belajar.
Suara tangisan kemudian menghilang, aku suruh anak-anak tenang lalu lenjut makan malam.
Selesai makan, salah satu teman Rara, mengambil air minum ke dapur, eh belum juga sempat minum, dia sudah berlari ke arahku, suara tangisan terdengar lagi. Dan bertambah keras, serta ada suara gesekan-gesekan di pintu dapur. Seperti layaknya anak kecil menangis sambil marah lalu memukul-mukul pintu.