[caption caption="ilustrasi gambar : Gilang Rahmawati"][/caption]
"Ayolah mak, tolong Ucok!" rengek Ucok pada mamaknya yang tengah menghitung hasil penjualan kelapa..
"Ucokku, usiamu baru 20 tahun, masih banyak waktu nak cari istri" jawab mamak Ucok. "Lagian kalau kau meminang gadis Jawa itu, gimana nasib paribanmu, apa kata tulang kau nanti?"
"Ah mamak, aku nggak cinta paribanku, aku cinta Sasha mak, anggap saja dia pariban dari Jawa mak. Abang Herri aja suruh menikah dengan pariban ya mak" Ucok masih terus merengek, dia tahu mamaknya akan luluh dengan rayuannya, sebab dia adalah anak kesayangan mamak.
"Ah kau, mana ada pariban dari Jawa, kau bikin aturan sendiri, sudah pernah kan mamak jelaskan bagaimana tentang pariban ini" mamak Ucok tertawa kecil sata mendengar Ucok bilang paribar dari Jawa.Dia maklum anak-anaknya lahir dan besar di Jakarta jadi soal adat leluhur tidak begitu paham dengan baik.
"Iya sih mak , aku tahu, tapi aku sangat mencintai Sasha, mak, kami pacaran sudah setahun lebih"
Ucok bertemu dengan kekasihnya itu saat Sasha tinggal bersama tantenya yang bertetangga dengan keluarganya. Sejak pertama jumpa baik Sasha maupun Ucok sudah merasa saling jatuh cinta, Akhirnya mereka pun berpacaran setelah 3 bulan saling mengenal. Kini usia pacaran mereka sudah setahun lebih, Ucok merasa sudah cukup mengenal Sasha dan ingin segera melamarnya. Toh usahanya membuka kios parutan kelapa sudah mulai menunjukkan hasil yang bagus, rasanya telah cukup untuk modal berumah tangga dengan Sasha. Dia juga sudah punya tabungan untuk biaya pernikahan sederhana dengan Sasha.
"Ah kau ini, minta sama bapakmu sana, nanti mama ikut keputusannya" akhirnya mamak Ucok menyuruh anak tercintanya meminta ijin ke bapaknya. Meski dia tahu si bapak pasti akan mengijinkan anaknya meminang gadis Jawa itu. Bapak Ucok pernah mengutarakan bahwa dia senang melihat gadis Jawa yang tinggal di sebelah rumahnya itu.
Ucok pun segera mendekati bapaknya yang tengah membetulkan mesin pemarut kelapa.
"Pak" panggilnya perlahan.
"Hmmm" sahut bapaknya.
"Bisa tolong Ucok pak?".