Lihat ke Halaman Asli

Selsa

TERVERIFIKASI

blogger

[HumorPK] Mandi Bersama

Diperbarui: 10 Februari 2016   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa kecil adalah adalah masa yang paling bahagia. Pun juga masa kecilku yang kebetulan diasuh oleh nenek di sebuah kota kecil Parakan yang sejuk dan bersih. Di kota ini aku tumbuh sebagai gadis yang agak (cuma agak) tomboy. Teman sepermainanku rerata cowok, karena aku suka mancing, manjat pohon jambu punya saudara, main perang-perangan di malam hari, hingga meluncur di deras arus sungai dengan memakai ban dalam truk (speerti arung jeram).

Yah hiburan yang paling mneyenangkan bagiku adalah derasnya arus sungai Galeh yang ada di belakang rumah nenekku. Kala itu sungai masih bersih dengan bebatuan besar dan juga "kedung"nya. Aku kerap mencuri-curi waktu agar bisa berenang di sungai ataupun cuma sekedar mainan di lapangan yang berada di tengah sungai itu. Sebab kalau ketahuan sama nenek, alamat pahaku akan membiru oleh cubitannya.

Aku sering protes sama nenekkku mengapa nggak dibolehin main di sungai. Nenekku menjawab "Nanti hanyut kalau banjir". Na aku jawab lagi "itukan kalau musim hujan baru ada banjir, na musim kemaraupun aku tetap nggak dibolehin main ke sungai", mbahku menjawab "nanti kulitmu menghitam".
Wah pokoknya banyaklah alasan nenekku untuk peraturan gak boleh main di kali.

Tapi dasar cucunya ini bandel, tetap saja tiap hari bisa berenang di sungai bersama teman-teman, laki-laki dan perempuan. Waktu itu kami masih usia SD. Dan belum punya rasa malu untuk berbugil ria.

Sungai Galeh ini memisahkan dua kampung, dengan tebing yang lumayan tinggi, kira-kira 2,5 meter. Dari atas tebing kami biasa terjun layaknya gaya peloncat indah di olimpiade hehehe. Kami juga terbiasa berarung keram memakai ban dalam truk.
Dan tersebutlah beberapa anak dari kampung seberang tebing yang juga suka berenang bersama setelah pulang sekolah. Karena kebetulan ada satu kedung yang lumayan dalam dan cukup untuk sasaran luncuran dari tebing. Terkadanag kami saling berebut lahan kedung tersebut. Hingga sampai terjadi percekcokan antar anak kampung. Teman-teman kampungku, kampung Kentengsari dan anak kampung seberang yaitu kampung Wanutengah menjadi musuh jika sudah berada di dekat kedung itu. 

Yang paling unik dari kami saat mandi adalah dengan telanjang bulat, tanpa kain selembarpun di tubuh kami. Setelah kedinginan mandi, kami akan mengeringkan tubuh dengan telentang/telungkup di atas batu-batu besar yang hangat. Setelah beberapa lama, kami akan turun ke sungai lagi dan itu berlanjut terus sampai sore tiba, atau sampai teriakan nenekku dari atas tebing menggema layaknya tarzan manggil anak gorila (emang mas Herry Fuck pakai manggil gori). 

Begitu juga anak kampung seberang,sehabis mandi pasti melakukan "ritual" yang sama, mengeringkan/menghangatkan badan dengan telentang atau memeluk bebatuan. Dan sebut saja salah seorang dari anak kampung seberang yang bernama Nur Afan yang kemudian menjadi sahabatku sewaktu sekolah di SMP. Memang semenjak kami SMP, mandi di sungai sudah agak jarang kami lakukan, andaipun kami mandi tentunya dengan mengenakan celana/kaos atau kain sebagai penutup tubuh.

Tak dinyana dan tak diduga, sewaktu aku menikah dengan suami, datang sahabatku Nur Afan ini untuk kondangan. Aku lihat dia akrab sama suamiku, ternyata mereka juga bersahabat lama, bahkan saat Nur Afan sakit, suamikulah yang sering menungguinya di rumah sakit.

Saat kami terlibat obrolan, Nur Afan nyeletuk ke suamiku " Eh aku dah sering lihat daleman istrimu lo". Suami lumayan kaget kayaknya, namun setelah aku ceritakan kejadian mandi bersama saat masa kecil akhirnya tertawa. 

Pengalaman mandi bersama memang sangat memalukan untuk diceritakan lagi setelah kami dewasa, namun indah untuk dikenang.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline