Selsa
27
Anggora putih dengan nama Runi itu melongokkan kepalanya yang berpita merah ke dalam jendela rumahnya. Dia sangat berharap Serran akan melewati jalan di depan rumahnya. Seperti biasa lalu mereka saling melempar senyum dan menyapa. Namun kali ini sudah sejam lebih Runi menunggu kucing kampung yang hitam legam itu tak nampak batang hidungnya.
Gelisah tiba-tiba menyergap hatinya, "ada apa gerangan Serran yang telah dia kenal sejak lima bulan yang lalu itu tak lewat depan rumah?" tanya Runi dalam hati. Sebenarnya Serran melewati rumah Runi tak serta merta karena dia sangat mengagumi Runi, tapi juga karena pada jam-jam seperti itu pekerja dapur dari sebuah hotel yang tak jauh dari kediaman Runi akan membuang sampah, dan dari sampah itulah Serran bisa mempertahankan hidupnya.
Hari telah menjelang malam Runi makin gelisah, dia ingin sekali pergi ke tempat di mana Serran tinggal, tapi dia juga merasa takut dan ingat akan cerita Serran bahwa di tempat Serran tinggal, banyak kucing kampung yang jahat dan pemarah. Memang pernah sekali Serran mengajak Runi main ke tempat tinggalnya, dan dari pertama kali melihat itu pula Runi jadi tahu bahwa lingkungan tempat tinggal Serran tidak baik. Membayangkan apa yang akan terjadi bila dia nekad mencari Serran di tempat tinggalnya membuat Runi merinding, yang akhirnya dia mengurungkan niatnya itu.
Malam itu Runi tidur dengan tak tenang, pikirannya melayang pada Serran. Sejuta kegalauan singgah di pikirannya. Selama 5 bulan mengenal Serran, tak terasa menjadikan dia jatuh cinta pada pejantan itu. Namun sebagai kucing rumahan, Runi malu untuk ungkapkan semua itu. Namun Runi juga merasa bahwa Serran pun menyimpan rasa yang sama padanya. Tapi karena Serran merasa hanya sebagai kucing kampung maka Serran tak berani mengatakan padanya.
Gelisah yang mendera membuat Runi bangun dari tempat tidurnya, dia putuskan untuk mencari tahu mengapa Serran tak nampak seharian ini. Tekadnya sudah bulat bahwa dia akan menjumpai Serran apapun yang terjadi. Rupanya cinta telah mengalahkan rasa takut dalam diri Runi.
Dengan mengendap-endap, Runi keluar rumah, setelah memastikan bahwa keluarga Messy sebagai pemiliknya tidak ada yang terbangun saat itu. Langkahnya segera melaju ke arah tempat Serran, sebuah pemukiman kumuh, tempat berkumpulnya kucing-kucing yang tak bertuan itu tinggal. Tekadnya sudah bulat dia harus menemui Serran, pejantan cintanya.