Lihat ke Halaman Asli

Selsa

TERVERIFIKASI

blogger

[FFA] Ketika Sahabatku Sakit

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13821468841419215403

[caption id="attachment_286096" align="aligncenter" width="326" caption="sumber gambar : orders@honeyseedgreetings.com"][/caption]

Oleh Selsa

no 7

Pagi ini aku berniat ke rumah Desy sahabatku. Sudah dua hari dia tidak masuk sekolah. Kata bu guru Mirna sih Desy sakitHmmm.. kenapa anak ini nggak kasih tahu ke aku ya? Biasanya dia akan SMS pakai hp mamanya ke hp mamaku kalau ada keperluan atau mau memberitahu sesuatu padaku. Kemarin sempat aku mau SMS dia, tapi mama menyarankan agar aku ke rumah Desy saja hari minggu pagi.. Bener juga tuh ide mama.

Sampai di depan rumah Desy, aku mengetuk pintu dan member salam

“Assalamu alaikum” Sepi, pada kemana penghuni rumah ini, papa mama Desy, Desy dan dua adiknya Koko dan Mini kok nggak kelihatan ya? gumamku sambil terus mengetuk pintu.

Tiba-tiba pintu terbuka, oh ternyata bi Sumi, pembantu keluarga Desy.

“Waalaikum salam, oh non Diandra, masuk non” sapanya.

“Maaf Bi, Desynya ada?” tanyaku.

“Wah non Desy lagi dirawat di rumah sakit Ngesti Waluyo non, sudah dua hari ini” jawaban bi Sumi sangat mengagetkanku.

“Memangnya dia sakit apa bi?”

“Bibi kurang tahu non, ini juga ibu dan bapak sedang berada di rumah sakit, sementara mas Koko dan non Mimi menginap di rumah tantenya”

“Oh pantesan sepi, ok lah bi, makasih ya, saya pulang dulu bi” aku segera saja berpamitan pulang, aku ingin mengajak mama untuk mengantarkan ke rumah sakit tempat Desy dirawat.

*

Sore hari aku bersama mama menjenguk Desy di rumah sakit Ngesti Waluyo. Mama mengobrol dengan papa dan mama Desy, sementara aku berdiri di samping ranjang Desy. Wajah Desy tampak pucat, di tangan kanannya ada jarum infus, di dadanya ada beberapa kabel menempel. Aku sangat sedih melihatnya. Desy adalah sahabat terbaikku selama ini, sejak kelas 2 SD aku sudah bersahabat dengannya. Selama hampir 4 tahun kami berteman, belum pernah rasanya aku dan Desy berselisih paham atau berantem, kami selalu baik-baik saja bersahabat. Yang aku salut dari Desy, dia tak pernah takut pada teman laki-laki yang terkadang menjahili kami. Pernah suatu hari salah satu teman laki-laki, Angga, menarik tas sekolah dari punggung, hingga membuat isi tas berhamburan keluar. Aku tak berani melawan Angga yang memang terkenal badung dan mempunyai badan besar seperti Gian di serial TV Doraemon itu. Desy mencegahku saat aku bermaksud memunguti buku dan pensil yang berserakan di lantai koridor sekolah, dengan lantang Desy malah menyuruh Angga yang mengerjakannya.

“Angga ambil barang-barang Diandra, masukkan kedalam tas sekarang juga!” mata Desy menatap marah pada Angga.

Entah karena takut atau malu akhirnya Angga menuruti perintah Desy, dia segera membenahi buku-buku dan beberapa pensilku, lalu memasukkan kedalam tasku.

Ini baru salah satu contoh bagaimana Desy sering sekali membelaku dari tangan-tangan jahil teman.

Kini sahabatku terbaring lemah di ranjang rumah sakit, tentu aku sangat sedih sekali.

“Kok malah ngelamun sih Di” sapa Desy membuatku terkejut, ternyata aku malah melamun.

“Hmmm maaf Des, aku lagi mengingat waktu kamu belain aku dari kenakalan Angga” aku menjawab dengan jujur. “Makasih telah membelaku saat itu”

“Ya, kamu dulu kan dah berterima kasih” Desy tertawa kecil, kami larut dalam canda mengingat masa-masa Desy saat masih sehat.

Tibalah saat waktu berkunjung habis, aku sangat sedih sekali ketika harus pamit pada Desy, tak terasa air mata mengalir deras di wajahku.

“Jangan nangis Di, bentar lagi aku akan sehat,kita akan main bersama lagi, doakan aku aja ya?” Desy masih saja bisa menghiburku meski dia sedang sakit.

“Tentu, aku akan mendoakanmu Des” jawabku di sela tangis.

“Di, kata dokter Desy Cuma disuruh istirahat saja kok, paling seminggu ya? Nanti kalau sudah sehat kalian bisa berdua bersama lagi” mama Desy menghiburku. Setelah aku cium pipi Desy aku keluar dari ruangan tempatnya berbaring sakit. Sempat aku lihat ada air mata di pipi Desy, tapi dia segera menghapusnya dengan ujung selimut yang dia pakai. Aku tahu, pasti Desy tidak ingin aku bertambah sedih melihat dia menangis, ah Desy….kau memang sahabat terbaikku.

*

Sudah 7 hari Desy dirawat du rumah sakit, tapi belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Mamaku tiap hari berhubungan lewat telpon dengan mama Desy. Saat aku mengetahui kabar ini tentu aku bertambah sedih, Oh Tuhan sembuhkanlah sahabatku Desy, aku selalu berdoa seperti itu saat teringat Desy.

Hari-hariku tentunya sangat sepi,meski aku banyak teman, tapi tidak ada yang dekat seperti pertemananku dengan Desy. Di sekolah, meski tidak satu kelas, aku selalu menghabiskan waktu istirahat berdua, setelah pulang sekolah pun kami selalu berdua. Entah Desy yang ke rumahku, atau aku yang ke rumahnya, kami bersama-sama mengerjakan PR atau mengerjakan tugas sekolah bersama. Desy, kapan kita bisa bersama lagi?.

*

Hari ke 8 Desy sakit, aku dan mama  mengunjunginya kembali. Wajah Desy sudah tidak terlalu pucat, jarum infus di tangannya pun sudah dilepas, juga kabel-kabel yang menempel di dadanya sudah tak terlihat lagi.

“Weh sudah segar Des” aku menyapa dengan riang.

“Ya nih Di,kayaknya besok boleh pulang, yak kan ma?” Desy bertanya pada mamanya.

“Insya Allah sudah boleh pulang” jawab mamanya sambil tersenyum. “Tapi belum berangkat sekolah dulu ya Di? Kalau mau temani Desy, boleh ke rumah setelah pulang sekolah” lanjut mama Desy.

Aku tak bisa berkata lagi karena bahagia, aku peluk Desy, tak terasa air mata menetes, Desy juga menangis, namun kali ini aku yakin bukan tangisan sedih, melainkan tangis bahagia. Desy telah terlepas dari sakitnya terlebih lagi hari-hariku takkan lagi sepi,

“Tuhan terima kasih telah Kau sembuhkan Desy, sahabat terbaikku” doaku dalam hati sambil masih terus memeluk Desy yang masih terbaring di tempat tidurnya.

Kami bahagia sekali.

*temanggung,19102013*

Fiksi ini dibuat dalam rangka meramaikan event Festival Fiksi Anak yang diselenggarakan Fiksiana Community bersama DAR Mizan.

untuk membaca karya peserta lain kunjungi Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline