Aku terlonjak bahagia dan hampir saja menganggukan kepala saat kau bertanya padaku “Maukah kau menikah denganku?” Kau kekasihku dan selayaknya aku bahagia dengan permintaan tanda cintamu padaku itu. Seperti perempuan lain yang tentu bahagia dipinang kekasihnya, aku juga.Aku sangat mencintaimu, darimu aku menemukan bahagia. Getar jiwaku selalu membisikkan bahwa kau adalah takdirku.
Kenyataannya aku tak sebahagia perempuan-perempuan yang di pinang kekasih jiwanya.Aku menolakmu, maafkan aku. Bukan, bukan karena aku hanyalah fatamorgana bagimu. Hanya logikaku masih berjalan dengan lumayan baik. Aku tak ingin menyakiti perempuan yang telah bertahun-tahun dampingimu hidupmu tanpa kata lelah. Yang memberimu dua anak manis sebagai pelepas penat tatkala senja kau pulang ke rumah. Aku sadar, percintaan kita inipun telah menorehkan luka di hatinya. Dan aku tak ingin lagi menambah sayatan pedih pada sejarah hidupnya.
Dan atas nama logika pula, aku beranikan diriuntuk akhiri kisah kita. Aku undur diri darimu. Aku tak ingin menjadi pecundang cinta yang selalu mendewakan asmara. Jangan kau berpikir aku tidak mencintaimu, karena sejatinya kau lebih tahu rasa cintaku ini. Namun terimalah keputusanku ini demi kehidupanmu jua. Silahkan pergi, bawalah kisah kita ini dengan kasih. Agar aku tak pernah lagi dibangunkan oleh kenangan manis namun pahit ini. Dan biarkan bumi menelan semua catatan yang pernah ada antara kita berdua. Catatan tentang cinta terlarang aku dan kamu.
**********
ilustrasi gambar Nana Aza-Kampret
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI