Lihat ke Halaman Asli

Aku di Sini, di Tempat yang Sebenarnya Kau Tahu Apa

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku di sini. Di tempat yang sebenarnya kau tahu apa. Tapi aku tidak ingat sejak kapan aku ada di sini. Dan mengapa. Di sini ramai, banyak orang lalu-lalang, tapi tidak satu pun yang mempedulikanku. Semuanya kuajak bicara, tapi tak ada satu pun yang menjawab. Bahkan ketika aku coba menjerit, tidak ada yang menoleh. Aku seperti berteriak dalam air. Tidak ada yang mendengar suaraku. Aku seperti bergerak di dalam persembunyian yang aku pun tak tahu di mana. Tak ada satu pun yang melihatku. Atau mungkin mereka sudah tidak mempedulikan keberadaanku.

Lalu aku duduk di sebuah kursi yang tidak nyaman. Keras dan terlalu tegak. Di sampingku, duduklah kedua orang tuaku. Ibuku menangis. Ayahku ada di situ tapi tak menghiburnya, seperti biasa, aku tahu dia orang yang acuh. Tapi aku tak menyangka kalau dia bahkan tak mau menghibur istrinya. Namun bisa kudapati ayahku pun hanya diam, benar-benar diam, bahkan pandangannya kosong. Aku bingung mereka kenapa. Lalu aku bertanya kepada mereka apa yang sebenarnya terjadi. Mereka pun tak menjawab. Ibuku terus saja menangis. Sedangkan ayahku melangkah pergi menjauhi kami berdua. Ingin kupeluk ibuku, namun sayangnya aku tak terbiasa memeluk orang tua. Semenjak beranjak remaja, aku memang semakin jauh dari kedua orang tuaku, tanpa mereka sadari bahwa aku sayang pada mereka. Aku benar-benar sedih tidak bisa melakukan apapun untuk mereka.

Tak lama kemudian, seseorang lelaki menghampiriku. Kira-kira umurnya 30 tahunan. Lalu dia duduk di sampingku, mengajakku berbincang, bahkan tanpa memperkenalkan dirinya. Tanpa kusadari, pembicaraanku dengan lelaki itu mengalir dan aku pun menumpahkan perasaanku padanya. Aku mengadu padanya bahwa di sini tak ada yang mempedulikanku. Merespon tindakan dan ucapanku saja tidak. Lalu dia menyuruhku sabar karena dia pun bernasib sama. Sebenarnya aku tidak habis pikir mengapa aku bisa sampai berbincang dengan lelaki asing, setelah semua orang mengacuhkan keberadaanku, bahkan orang ini mengaku mengalami pengacuhan juga. Lalu ia bertanya padaku, kapan dan mengapa aku berada di tempat ini. Kujawab, aku tidak tahu. Lalu dia terdiam seketika, lalu menunduk. Dia bilang, “Kau sama seperti diriku beberapa tahun yang lalu.” Aku pun terdiam, mencoba mengartikan apa maksud ucapannya. Dia akhirnya bertanya, siapa namaku. Setelah kujawab, dia berdiri, lalu menyuruhku untuk mengikutinya. Dia bilang, dia mau menunjukkan suatu fakta yang aku harus tahu apa.

Lalu aku berada di sebuah tempat. Aku tersenyum, aku merasa seperti seorang yang sangat diidolakan. Tentu saja. Ini tempat di mana aku bisa melihat fotoku, namaku, dan orang-orang yang mencintai aku berkumpul di satu tempat. Bahkan ada buku tamu untuk orang-orang yang datang. Inikah ulang tahunku yang aku lupakan? Tapi aku terdiam. Aku melihat diriku sendiri di tempat itu. Lelap sekali.

Aku di sini. Di tempat yang sebenarnya kau tahu apa.

Selphie Usagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline