Terendap malam yang menyapu sunyi..
Gemercik rintik hujan perlahan turun
Menengahi perseteruan angin dan debu
Membuka kembali kotak ketenangan dalam raga
Hujan malam ini
Memilih hadirkan risau
bukan yang semestinya
Tiga ruang dalam kotak ketenangan itu
kini tlah terbuka
Entah mana yang akan lekas tertutup kembali
atau akan hilang..
Satu kotak diantaranya adalah milikmu
Akankah kamu mengambilnya?
menutupnya?
atau menghancurkanx?
Apapun itu..
Lakukanlah!
Aku anggap takdir bila itu semua terjadi
Karena kehadiranmu
mungkin bagian jawaban dari do'aku
Kotak ketenangan..
Waktu yang tak sedikit untuk membuatnya tertutup
Dan dengan waktu yang tak lama terbuka
Tak berarah..
Seperti itulah
uluran tanganmu pada kotak ketenanganku
Jangan sentuh yang bukan milikmu!
Fatal akan menjadi jawaban jika itu terjadi
Perlahanlah. .
Fikirkan dan rasakan. .
Lihatlah!
Aku telah membuat jalur
disetiap arah kotak ketenanganku. .
tetaplah dijalur menuju kotakmu!
Jangan kamu menuju ke kotak lain. .
Pahamilah!
setiap apa yang menjadi isyarat
jika tak ingin semua menjadi abu seketika...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H