Pada era globalisasi saat ini, teknologi memainkan peran penting untuk memudahkan segala bentuk kebutuhan hidup manusia, dimana semua informasi dapat diakses melalui ujung jari secara real time. Informasi yang tersedia dapat berupa beragam hal tentang budaya di berbagai belahan dunia. Hal ini tentunya membuka peluang lebar-lebar untuk terjadinya pertukaran budaya antar negara. Kita tidak lagi harus berpindah ke tempat lain untuk terpapar oleh budaya-budaya yang ada di dunia.
Seperti yang kita ketahui bahwa budaya dapat diartikan sebagai sebuah cara yang kita lakukan untuk melakukan suatu hal. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya (Pratiwi & Susanto, 2020).
Pertukaran budaya secara sederhana dapat berupa pengenalan makanan khas, pakaian adat, musik dan segala bentuk kesenian lainnya. Sedangkan pertukaran budaya secara kompleks dapat berupa tingkah laku dan cara berpikir seseorang. Hal tersebut tentunya dapat dengan mudah ditemukan pada penggalan lirik lagu maupun karakter dari sebuah film. Netflix, merupakan salah satu platform hiburan yang menyediakan ribuan film atau serial dari berbagai negara dengan segala variasi genre yang dapat dengan mudah diakses yang memungkinkan kita untuk mengenal budaya luar.
Akulturasi adalah proses di mana orang bermigrasi ke dan mempelajari budaya yang berbeda dari budaya asli (atau warisan) mereka (Heine, 2016). Akulturasi selalu ditandai dengan perubahan secara fisik dan psikologi yang terjadi sebagai hasil dari adaptasi yang dipersyaratkan untuk memfungsikan dalam konteks budaya yang baru atau budaya yang berbeda (Utami, 2015). Kemampuan pembelajaran budaya pada manusia yang luar biasa canggih lebih lanjut bertumpu pada dua kapasitas utama, yaitu kemampuan untuk mempertimbangkan perspektif orang lain, dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan bahasa yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Teori Pikiran (Theory of Mind).
Teori pikiran berarti bahwa manusia memahami bahwa orang lain memiliki pikiran yang berbeda dengan pikirannya sendiri, dan dengan demikian orang lain memiliki perspektif dan niat yang berbeda dengan mereka.
2. Bahasa
Adaptasi terkait kedua yang mendorong kemampuan manusia untuk terlibat dalam pembelajaran budaya adalah bahasa. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sangat penting untuk menyampaikan informasi budaya. Bahasa memungkinkan ide-ide untuk dikomunikasikan tanpa harus didemonstrasikan secara visual.
Melalui bahasa, orang dapat mempertanyakan, mengklarifikasi, membujuk, menggambarkan, mengarahkan, dan menjelaskan-mereka dapat memanipulasi pikiran dalam benak orang lain. Bahasa memungkinkan orang untuk menyampaikan keyakinan, niat, dan pemikiran mereka yang kompleks, memfasilitasi koordinasi perilaku di antara individu-individu yang hidup dalam kelompok. Dengan demikian, bahasa merupakan bagian integral dari pembelajaran budaya manusia.
Penyesuaian yang dialami individu saat pindah ke budaya baru bisa sangat besar, sebuah penelitian klasik dilakukan terhadap pengalaman penyesuaian diri para sarjana Fulbright Norwegia di Amerika Serikat (Lysgaard, 1955). Dalam penelitian tersebut, diidentifikasi sebuah pola penyesuaian yang dimiliki oleh banyak penerima beasiswa. Pengalaman para peserta ini mengikuti apa yang digambarkan sebagai kurva berbentuk U berikut ini :
Dalam beberapa bulan pertama pengalaman mereka, para migran mengalami masa-masa yang sangat positif dalam kunjungan mereka. Mereka menikmati pengalaman baru, bertemu dengan orang-orang baru, mencoba makanan baru, berkomunikasi dengan orang-orang dalam bahasa asing, dan merasakan kegembiraan karena berpartisipasi dalam lingkungan yang baru dan eksotis.