Lihat ke Halaman Asli

Elden dan Eglantine

Diperbarui: 6 November 2018   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bacakan ceritaku |pixabay.com

Bacakan ceritaku buat adik-adik kecil kita
***
Sejak kelas 4 SD, hidup Elden sudah sulit. Ia adalah seorang kakak dengan adik perempuan. Awalnya ia hidup normal dan bahagia bersama keluarganya yang lengkap dan utuh. Tak satu haripun ia lewatkan tanpa menerima cinta kasih tulus ayah ibunya.

Adik perempuannya, Eglantine, yang berjarak usia 3 tahun dengannya juga sangat menggemaskan. Setiap pulang sekolah, Elden selalu mengajak Eglantine bermain. Mengajaknya bercerita tentang hari-harinya. Eglantine, yang saat itu masih berusia 3 tahun, selalu antusias mendengarkan cerita kakaknya itu.

Matanya yang bulat menggemaskan berbinar-binar ketika mendengarkan cerita kakaknya. Ada saat-saat dimana Elden iseng menjahili adiknya, dengan mengagetkannya, membuat suasana menjadi menegangkan, dan Eglantine akan menangis. Dan tak lama kemudian, ibunya akan datang untuk melerai mereka.

Ibu Elden, Eleanor, adalah wanita dermawan yang bijaksana. Sorot matanya selalu teduh menenangkan. Beliau, walau wanita karir, tak pernah melupakan keluarganya. Eleanor juga suka membagikan rezeki yang dimilikinya kepada para tetangganya yang kurang mampu.

Tidak hanya tetangganya, namun di rumah ibadah yang dianutnya, saat terjadi bencana alam, Eleanor selalu rutin berpartisipasi. Ia juga bijaksana. Setiap kali Elden mengeluh mengenai harinya yang menyebalkan, Eleanor selalu menepuk lembut pundak Elden, bilang bahwa ia adalah anak laki-lakinya yang paling tangguh di dunia.

Eleanor memberikan Elden nasihat untuk menjadi kuat. 'Di dunia ini, tidak ada yang berjuang untuk meraih mimpimu, Nak, selain kamu sendiri.'

Sementara itu, ayah Elden, Elvis, adalah pria yang setia dengan keluarga. Tak pernah satu kali pun ia menggamit tangan wanita lain selain istri, ibunya, dan anak perempuannya tercinta, tentu saja. Sudah bertahun-tahun mereka menikah, tetapi roman mereka masih awet. Seperti misalnya, Elvis tak pernah lupa menyiapkan reservasi makan malam bersama Eleanor setiap hari jadi pernikahan mereka.

Pernah suatu kali Elvis pulang dari tempat kerjanya, letih. Ayah Elden itu meletakkan mantelnya di gantungan khusus mantel dan topi. Gantungan itu persis ditemukan ketika membuka pintu rumah, persis di dekat tembok. Elvis berjalan menuju kamarnya. Elden yang sejak tadi di rumah karena hari ini libur, menatapnya penuh rasa ingin tahu. Sejak tadi, Elden bosan hanya makan keripik, dan mengerjakan PR untuk seminggu ke depan. Ia juga sudah tuntas menonton video di internet tentang ilmu pengetahuan fisika. Ya, aku tahu apa yang kalian pikirkan, sekecil itu -- kelas 4 SD, sudah belajar fisika? Memang, anak itu istimewa.

"Yah," panggilnya pelan. "Apa, Elden?" ayahnya tersenyum, lembut. "Apakah ayah sudah menyiapkan bunga mawar untuk mama?"

Elvis terhenti sejenak, sebelum membuka pintu kamarnya. Ia tertawa kecil. "Astaga, Elden! Bagaimana kamu tahu? Tentu saja, ayah sudah menyiapkannya," Elvis kemudian mengacak-acak rambut Elden. 

Kini giliran Elden yang terkikik geli. "Ya ampun, kalian ini memang orangtuaku yang terbaik. Berbeda dengan orangtua sahabatku, Millie, yang sering bertengkar. Hampir setiap hari, ia datang ke sekolah dengan wajah sembab. Aku sedih sekali melihatnya, yah," Elden menunduk, membayangkan sahabat terbaiknya itu sekarang, dengan mata berkaca-kaca. "Millie korban keegoisan dua insan manusia yang enggan mengalah. Bahkan saat hari Ibu tempo hari lalu, ketika semua murid di kelasku diminta untuk menggambarkan kasih ibu mereka di selembar kertas, Millie menangis," Elden mulai berkaca-kaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline